Rabu, 01 Mei 2013

pengertian KSITIGARBHA BODHISATTVA (TI CHANG WANG PHU SA)


KSITIGARBHA BODHISATTVA
(TI CHANG WANG PHU SA)
Ksitigarbha dalam bahasa Sansekerta (क्षितिगर्भ Kitigarbha) dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur sebagai seorang Bodhisattva Mahasattva, biasanya merupakan seorang Bhikkhu. Namanya dapat diartikan sebagai "Bendahara Bumi", "Simpanan Bumi", atau "Rahim Bumi." Ksitigarbha terkenal dengan sumpahnya guna mengambil alih tanggung jawab atas perintah kepada seluruh mahluk di enam dunia, pada masa antara kematian Buddha Gautama (Shakyamuni) dan kebangkitan Buddha Maitreya, juga akan sumpahnya untuk tidak mencapai pencerahan hingga seluruh neraka menjadi kosong. Oleh karena itu ia seringkali dianggap sebagai Bodhisattva akan mahluk-mahluk neraka. Biasanya ia digambarkan sebagai seorang bhikkhu dengan lingkaran cahaya mengelilingi kepalanya yang tercukur bersih, ia membawa tongkat untuk membuka paksa gerbang neraka danpermata pengabul permohonan untuk menerangi kegelapan.
            Pada saat itu, Sang Buddha mengangkat tangan emas-Nya dan menyentuh kepala Ksitigarbha Bodhisattva seraya bersabda:
“Yang Arya Ksitigarbha, Prabhavamu tak terkatakan. Welas asihmu tak terperikan, kebijakkanmu tak terlukiskan dan Pratibanamu tak tertandingi. Para Buddhadi sepuluh penjuru dunia semuanya memuji dan menyanjung dewa kebajikan yang kau miliki tiada taranya sekalipun menceritakannya hingga jutaan kalpa, tak akan kunjung habis.”
            “Yang Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Camkanlah, bahwa aku hari ini berada di istana Trayastrimsa, dalam pertemuan agung antara ratusan ribu koti Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, kedelapan kelompok makhluk, untuk kesekian kalinya aku menyampaikan pesan kepada Engkau, bahwa para Dewa, manusia serta makhluk lainnya yang belum terbebaskan dari Triloka, agar mereka tidak terjerumus ke dalam alam kesengsaraan barang satu hari satu malam juga, apa lagi terjerumus ke dalam Neraka Pancanantarya atau Avici yang membuat mereka menderita ribuan juta kalpa dan takkan dapat membebaskan diri selamanya.”
“Yang Arya Ksitigarbha, umat Jambudvipa sifat tabiatnya dan kemauannya tidak menentu, wataknya lebih mudah mengarah kepada keburukan-keburukan. Sekalipun mereka telah menyatakan keinginan baiknya, tak lama kemudian mereka berubah. Tapi jika mereka bertemu dengan keburukan-keburukan, hal itu akan cepat berkembang menjadi subur. Oleh karena itu aku menjelmakan diriku menjadi ratusan ribu koti banyaknya dan menuruti kodrat mereka masing-masing, lalu membebaskan mereka dari kesengsaraan.”
“Yang Arya Ksitigarbha, hari ini aku dengan kesungguhan hati menyampaikan pesan kepada engkau, jika pada masa yang akan datang terdapat Dewa, manusia serta putra-putri yang berbudi menanamkan kebaikan dalam Buddha Dharma sedikit saja, seperti seujung rambut, sebutir debu, sebutir pasir, dan setetes air, maka lindungilah mereka dengan bodhicitta agar mereka maju terus di atas jalan Dharma dan pantang mundur.”
“Lagi, Yang Arya Ksitigarbha, pada masa yang akan datang jika terdapat seorang Dewa atau manusia, karena masanya sudah habis akan menerima karmanya terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, atau ketika akan terjatuh ke dalam Neraka, tiba tiba teringat akan Buddha, jika umat tersebut dapat menyebut salah satu nama Buddha atau Bodhisattva atau sebait Gatha sebaris Sutra, maka umat tersebut harus diselamatkan dengan kesaktianmu dan dengan segala kemudahan-kemudahan. Nampakkanlah diri Anantayakaya-mu di sisi pintu Neraka tempat umat tersebut berada dan hancurkan lenyapkan sekali Neraka itu, selanjutnya upayakan agar umat yang telah sadar itu dilahirkan di Surga untuk menikmati kebahagiaan sejahtera.”
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan Gatha: “Dewa manusia di masa yang akan datang, Ku serahkan kepada engkau dengan penuh keyakinan, Selamatkan mereka dengan Daya Maha Prabhava, Sekali-kali jangan ada yang terjerumus ke salah satu alam kesengsaraan.
Saat itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva menghormat dengan merangkapkan kedua belah tangannya seraya berkata: “Yang Arya Bhagavan termulia, jangan kuatir akan masalah tersebut. Pada masa yang akan datang jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, asalkan terbit rasa hormat dalam Buddha Dharma, aku akan menolongnya dengan segala kemudahan-kemudahan agar umat tersebut terbebaskan dari lautan dukkha mencapai pantai bahagia. Apalagi jika mereka itu telah banyak mengetahui kebaikan-kebaikan dan selalu melaksanakannya dalam peribadatannya. Sudah pasti mereka akan mencapai Anuttara Samyak Sambodhi dan pantang mundur.”
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva berkata demikian, tiba-tbia seorang Bodhisattva bernama Akasagarbha bangkit dari tempat duduknya lalu bersujud kepada Sang Buddha sambil berkata: “Yang Arya Bhagavan yang termulia, sejak aku berada di istana Trayastrimsa ini mendengarkan Sang Bhagavan memuji dan menyanjung kesaktian Ksitigarbha Bodhisattva yang amat menakjubkan itu sungguh tak terperikan. Jika pada masa yang akan datang terdapat seorang pria atau wanita serta Dewa, Naga mendengar akan Sutra ini dan nama Ksitigarbha, lalu memberi hormat kepada bodhirupangnya dengan mengadakan puja bhakti. Dengan demikian berapa banyak manfaat yang akan diperoleh? Mohon Sang Bhagavan sudi menguraikan kepada kami sekalian serta para umat yang berada di di masa sekarang dan yang akan datang.”
Sang Buddha bersabda kepada Akasagarbha Bodhisattva: “Dengarlah baik-baik, Yang Arya Akasagarbha, akan kuuraikan satu persatu kepada kamu sekalian. Pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva dan mendengar sutra ini lalu memuja Beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah permata dan sebagainya. Atau menghormati Beliau dengan memuji jasa-jasaNya dan memuliakan namaNya.  
Maka putra-putri yang berbudi tersebut akan memperoleh 28 macam manfaat sebagai berikut:
1.    Selalu dilindungi Dewa, Naga, 8 asta Gatya, selamat sentosa.
2.    Jasa-jasa dan kebajikan makin bertambah.
3.    Terkumpulkan benih kebaikan dari Buddha Dharma.
4.    Tidak mundur dari jalan Anuttara Samyak Sambodhi.
5.    Cukup sandang pangan.
6.    Terhindar dari segala musibah dan wabah penyakit
7.    Terhindar dari banjir dan kebakaran.
8.    Terbebas dari pencurian dan perampokan.
9.    Selalu disegani orang.
10.    Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari para makhluk suci.
11.    Yang wanita akan dapat menjadi pria pada kehidupan yang akan datang.
12.    Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan.
13.    Mendapatkan paras muka yang cantik elok disukai orang dimana-mana.
14.    Selalu dapat kesempatan dilahirkan dialam surge.
15.    Akan lahir sebagai raja atau kepala negara.
16.    Dapat mengetahui kehidupan di masa yang silam.
17.    Cita citanya selalu terkabul.
18.    Keluarganya selalu tentram dan bahagia.
19.    Semua malapetaka lenyap.
20.    Terhindar dari 3 jalur kesengsaraan.
21.     jalan bebas hambatan.
22.    Mimpinya selalu indah.
23.    Leluhurnya ikut terbebas dari belenggu penderitaan.
24.    Jika leluhurnya pernah menanam kebaikan, dapat membantunya lahir di surge.
25.    Mendapat pujian para suciwan.
26.    Cerdas tangkas, cekatan dan tajam pikirannya.
27.    Memiliki jiwa yang welas asih.
28.    Akhirnya akan mencapai ke-Buddha-an.
Sang Buddha melanjutkan sabdanya: “Lagi, Yang Arya Akasagarbha, apabila para Dewa, Naga, Malaikat bumi, Malaikat Surga. Para Raja setan, dan pengikutnya, baik yang berada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, setelah mendengar nama Ksitigarbha Bodhisattva, lalu mereka memberi hormat kepada bodhirupangnya atau mereka pernah mendengar kisah suci Beliau, lalu memuji jasa-jasa Beliau serta menghormatnya dengan tulus iklas, maka mereka akan mendapatkan 7 macam manfaat sebagai berikut:
1.    Mereka akan cepat meningkat ke alam yang lebih suci.
2.    Karma buruk yang diperbuat di masa yang silam akan lenyap.
3.    Selalu dilindungi oleh para Buddha.
4.    Kesadaran Bodhi yang telah dicapai takkan menyusut.
5.    Kekuatan dan kebajikan makin bertambah.
6.    Memiliki daya pengetahuan di masa silam dan masa yang akan dating.
7.    Kelak akan menjadi Buddha.
Ketika hadirin yang berada dalam pertemua agung serta jutaan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, Delapan Kelompok makhluk dan umat lainnya mendengar Buddha Sakyamuni menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki Maha Prabhava yang tak terperikan. Mereka serentak berseru: “Adbhuta! Adbhuta! Adbhuta!” (hal itu belum pernah terjadi).
Ketika itu Surga Trayastrimsa turun hujan berbagai bunga harum semerbak, jubah surga dan ratna mutu manikam sebagai persembahan puja kepada Sakyamuni Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva. Juga sebagai tanda terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Sang Buddha yang telah memberikan khotbah yang tiada ternilai dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ksatria Sejati Ksitigarbha Bodhisattva. Kemudian para hadirin bersama-sama memberi hormat kepada Sang Buddha dengan mengatupkan kedua tangannya lalu pergi.
"Om Pramanidhani Svaha."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar