Kamis, 24 Desember 2015

Pendidikan karakter

Tentang Pendidikan Karakter

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya.Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

Rabu, 14 Januari 2015

Avalokitesvara (Dewi Kwan Im)

Bab 25
Avalokitesvara
(Dewi Kwan Im)

Pada saat itu Bodhisatva Akshayamati bangkit dari duduknya, membentangkan pundak
kanannya (sebagai penghormatan), kemudian dengan tangan terkatup menghadap ke arah Sang Buddha, seraya bertanya: “Yang Maha Agung! Mengapakah Bodhisatva ini dijuluki sebagai Avalokitesvara (Pegamat Suara Dunia)?”
                Sang Buddha menjawab Bodhisatva Akshayamati: “Wahai putera baik! Bilamana ratusan, ribuan, puluhan ribu koti mahluk sedang mengalami penderitaan dan percobaan, dan jika mereka mendengar tentang Bodhisatva Avalokitesvara dan dengan sepenuh hati menyebut namanya, maka segera ia (Avalokitesvara) akan mengamati suara-suara tersebut dan mereka akan terbebas dari penderitaannya.
                “Bilamana seseorang terjatuh ke dalam lautan api, dan jika ia dengan penuh keyakinan menyebut nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka berkat daya kekuatan gaib Bodhisatva ini, api itu tiada akan dapat mencederainya. Bilamana seseorang terhanyut oleh ombak banjir, dan seketika itu ia menyebut nama dari Bodhisatva ini, maka segera ia akan terbawa ke tempat yang dangkal dan aman.
                “Bilamana terdapat ratusan, ribuan, puluhan ribu koti mahluk yang hendak menyebrangi lautan samodra mencari emas, perak, lapis lazuli, batu bulan, batu mulia, mutiara dan cornelian dan harta benda lainnya, dan seandainya badai hitam meniup kapal ke kawasan iblis raksasa. Jika diantaranya, terdapat seseorang yang menyebut nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka seluruh rombongan itu akan terbebas dari aniaya iblis-iblis raksasa tersebut. Oleh karenanya, ia disebut Pengamat Suara Dunia.
                “Bilamana terancam oleh serangan, ia menyebut nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka pedang dan pisau penyerang akan segera hancur lebur sehingga ia terselamatkan dari mara bahaya.
                “Bilamana yaksha dan raksasa dari milyaran dunia dengan niat buruk mendatanginya, dan jika mereka mendengarnya menyebut nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka iblis-iblis jahanam itu tiada akan dapat melihatnya, lebih-lebih mencelakainya.
                “Seandainya seseorang, baik bersalah ataupun tidak, dipenjara dan terbelenggu oleh rantai besi. Jika ia menyebut nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka segera rantainya akan terputus dan ia terbebas.
                “Seandainya disuatu tempat penuh dengan bandit dari milyaran dunia, terdapat rombongan pedagang yang hendak membawa harta karun melewati sepanjang jalan curam berbahaya, dan jika seseorang diantaranya meneriakkan: ‘Putera baik, janganlah khawatir! Sebutlah dengan sepenuh hati nama dari Bodhisatva Avalokitesvara. Bodhisatva ini dapat menganugerahi keberanian kepada para mahluk. Dengan menyebut namanya, kalian akan terselamatkan dari perampok-perampok ini.’ Ketika rombongan pedagang mendengar demikian, mereka bersama-sama berteriak dengan suara lantang, seraya berkata: ‘Namo Bodhisatva Avalokitesvara!’ Karena memanggil namanya, maka mereka akan segera memperoleh kebebasan. Wahai Bodhisatva Akshayamati! Demikianlah daya kekuasaan dan kegaiban Bodhisatva Avalokitesvara!
                “Bilamana terdapat mereka yang terbelenggu oleh nafsu kebirahian dan kemelekatan, maka biarlah mereka dengan setulusnya dan penuh hormat senantiasa merenungkan keagungan Bodhisatva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebas dari jaringan belenggu. Bilamana terdapat para mahluk yang terselimuti oleh api kemarahan dan kebencian, maka biarlah mereka dengan setulusnya dan penuh hormat senantiasa merenungkan keagungan Bodhisatva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebas dari api kemarahannya. Bilamana terdapat para mahluk yang ternodai oleh kebodohan dan ketidaktahuan, maka biarlah mereka dengan setulusnya dan penuh hormat senantiasa merenungkan keagungan Bodhisatva Avalokitesvara, maka mereka akan terbebas dari kebodohannya.
                “Wahai Bodhisatva Akshayamati! Bodhisatva Avalokitesvara memiliki kekuasaan dan kegaiban yang sedemikian, dan ia dapat menganugerahi beraneka ragam manfaat. Oleh karenanya, renungkanlah ia dengan sepenuh hati.
                “Bilamana terdapat wanita, yang menginginkan seorang putera, memuliakan Bodhisatva Avalokitesvara, maka ia akan dikaruniai seorang putera yang berkebajikan dan berkebijaksanaan. Bilamana terdapat wanita, yang menginginkan seorang puteri, memuliakan Bodhisatva Avalokitesvara, maka ia akan dikaruniai seorang puteri yang rupawan, berkebajikan serta digemari dan dihormati oleh orang banyak.
                “Wahai Bodhisatva Akshayamati! Bodhisatva Avalokitesvara memiliki kekuasaan yang sedemikian. Bilamana terdapat mahluk yang memuliakan Bodhisatva Avalokitesvara, maka upayanya tidak akan tersia-siakan dan keberuntungan yang diperolehnya tidaklah sedikit. Maka sudah sepatutnya kalian semua menerima dan menjunjungi nama dari Bodhisatva Avalokitesvara.
                “Wahai Bodhisatva Akshayamati! Seandainya terdapat seseorang yang menjunjungi nama dari para Bodhisatva yang jumlahnya bagaikan pasir-pasir di 62 koti sungai Gangga, dan semasa hidupnya, ia memuliakannya dengan derma berupa 1.Santapan dan minuman 2.Pakaian 3.Perabotan tidur, dan 4.Obat-obatan. Bagaimanakah pendapatmu? Tidakkah putera-puteri baik ini memperoleh banyak manfaat?”
                Bodhisatva Akshayamati menjawab: “Tentunya banyak sekali, Yang Maha Agung!”
                Sang Buddha melanjutkan: “Seandainya terdapat seseorang yang menerima dan menjunjungi nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, memuliakannya meski hanya sekali. Maka manfaat berkah pahala yang diperoleh ke 2 orang ini adalah sama tanpa perbedaan. Selama ratusan, ribuan, puluhan ribu koti kalpa pun, tidak akan habis. Wahai Bodhisattva Akshayamati! Bilamana seseorang menerima dan menjunjungi nama dari Bodhisatva Avalokitesvara, maka akan diraihnya manfaat berkah pahalah yang tak terbatas!”
                Bodhisatva Akshayamati berkata kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung! Bodhisatva Avalokitesvara – Bagaimanakah ia berkelena dalam dunia Saha ini? Bagaimanakah ia menceramahkan Dharma kepada para mahluk? Jalan kebijaksanaan apakah yang diterapkannya?”
                Sang Buddha menjawab Bodhisatva Akshayamati: “Wahai putera baik! Bilamana wujud KeBuddhaan diperlukan demi menyelamatkan para mahluk, maka ia menjelma sebagai Buddha untuk menceramahkan Dharma kepada mereka. Bilamana wujud KePratyekabuddhaan diperlukan demi menyelamatkan para mahluk, maka ia menjelma sebagai Pratyekabuddha untuk menceramahkan Dharma kepada mereka. Bilamana wujud Sravaka diperlukan demi menyelamatkan para mahluk, maka ia menjelma sebagai Sravaka untuk menceramahkan Dharma kepada mereka. Bilamana wujud raja surga KeBrahmaan, dewata Sakra, dewata Isvara, dewata Mahesvara, jenderal dewata maha perkasa, raja dewata Vaisravana, raja Cakaravartin (Pemutar Roda Dharma), raja-raja kecil (Kepala negara), orang kaya, tuan rumah, kepala menteri, Brahmana (Bangsawan), bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, istri orang kaya, istri kepala menteri, istri Brahmana, anak laki-laki (Perjaka), anak perempuan (Perawan), dewata, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia diperlukan demi menyelamatkan para mahluk, maka ia menjelma sebagai semua ini (serentak) untuk menceramahkan Dharma kepada mereka. Bilamana wujud dewata pemegang Vajra diperlukan demi menyelamatkan para mahluk, maka ia menjelma sebagai dewata pemegang Vajra untuk menceramahkan Dharma kepada mereka.  
                “Wahai Bodhisatva Akshayamati! Bodhisatva Avalokitesvara ini telah meraih manfaat yang sedemikian rupa, menampakkan berbagai macam wujud, berkelena kian kemari demi menyelamatkan para mahluk. Maka sudah sepatutnya kalian dengan sepenuh hati memuliakan Bodhisatva Avalokitesvara. Bodhisatva ini dapat menganugerahi keberanian bagi mereka yang dalam mara bahaya. Oleh karenanya, ia disebut Penganugerah Keberanian.”
                Bodhisatva Akshayamati berkata kepada Sang Buddha: “Baiklah, Yang Maha Agung! Kini aku harus membuat persembahan kepada Bodhisatva Avalokitesvara.”
                Kemudian ia melepaskan sebuah kalung mutiara seharga ratusan ribu emas dan mempersembahkannya kepada Bodhisatva Avalokitesvara, seraya berkata: “Tuan! Sudilah kiranya engkau menerima kalung ini sebagai persembahan dalam Dharma.”
                Akan tetapi, Bodhisatva Avalokitesvara menolaknya.
                (Karena hormat terhadap Buddha Shakyamuni dan Buddha Prabhutaratna, Bodhisatva Avalokitesvara tidak berkenan untuk menerima persembahan terlebih dahulu)
                Bodhisatva Akshayamati bermohon kembali kepada Bodhisatva Avalokitesvara, seraya berkata: “Tuan! Kasihanilah kami dan terimalah persembahan kalung ini.”
                Kemudian Sang Buddha berkata kepada Bodhisatva Avalokitesvara: “Demi Bodhisatva Akshayamati dan ke 4 golongan pengikut, para dewata, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, terimalah persembahan kalung ini.”
                Karena berbelas kasih terhadap para mahluk, Bodhisatva Avalokitesvara menerima persembahan kalung tersebut dan membaginya menjadi 2 bagian. Yang satu ia persembahkan kepada Buddha Shakyamuni, sedang yang satunya lagi ia persembahkan kepada Buddha Prabhutaratna.
                Sang Buddha berkata kepada Bodhisatva Akshayamati: “Wahai putera baik! Demikianlah daya kekuasaan dan kegaiban Bodhisatva Avalokitesvara dalam pengembaraannya di dunia Saha ini.”
Kemudian Bodhisatva Akshayamati bertanya dengan syair:
               
                Yang Maha Agung sempurna dengan tanda-tanda kemuliaanNya!
                Kini aku tanyakan kembali.
                Mengapakah putera Buddha ini disebut Avalokitesvara?

                Yang Maha agung menjawab Bodhisatva Akshayamati dengan syair:

                Dengarkanlah dengan baik tentang Bodhisatva Avalokitesvara,
                tindak-tanduk, kegaiban, serta kebijaksanaannya,
                senantiasa ia menyesuaikan diri di berbagai kawasan.
                Ikrar kewelas asihannya yang mendalam bagaikan samodra;
                Berkalpa-kalpa telah dilewatinya, namun masih juga tak dimengerti.
                (Kewelas asihan dari Bodhisatva Avalokitesvara tiada batasnya)
                Ia telah mengabdi dan melayani ribuan koti para Buddha,            
mengucapkan ikrar agungnya yang suci dihadapan Mereka.
                Kini Aku akan ceritakan secara singkat kepada kalian –
                Ingatilah namanya dan amatilah raganya!
                Renungkanlah ia, tanpa menyia-nyiakan waktumu.
                Karena betapapun juga ia dapat melenyapkan segala derita.   
                Seandainya seseorang mendorongmu kedalam lubang api.
                Renungkan dan sebutlah nama dari Bodhisatva Avalokitesvara,
                maka lubang api itu akan berubah menjadi kolam!
                Bilamana engkau terhanyut ditengah-tengah samodra,
                dikelilingi oleh naga, ikan buas dan iblis-iblis;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka gelombang tiada akan dapat menelanmu.    
                Seandainya engkau terdorong jatuh dari puncak gunung Sumeru;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara, maka engkau
akan terambang ditengah-tengah langit seperti halnya Sang mentari!
                Seandainya terdesak oleh orang-orang keji
                yang hendak mendorongmu jatuh dari gunung Permata;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara, 
                maka mereka tidak akan dapat mencelakaimu!
                Seandainya engkau terkepung oleh bandit-bandit jahanam,
                masing-masing hendak melukaimu dengan pisau;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka mereka akan terpengaruhi oleh kewelas asihan!
                Seandainya engkau mengalami perkara dengan hukum Sang raja,
engkau dipenjara menjadi tahanan dan hendak dihukum mati;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka pedang sang algojo akan segera hancur lebur!
                Seandainya engkau dipenjara, terbelenggu oleh rantai besi;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka segera engkau akan terlepas bebas!
                Seandainya dengan kutukan dan racun,
                seseorang hendak mencederaimu;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka kutukan tersebut akan membalik pada pemulanya.  
                Seandainya engkau terkepung oleh
                raksasa keji, naga berbisa, setan dan iblis lainnya;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka tiada yang akan berani melukaimu.
                Seandainya hewan-hewan buas mengepungmu
                dengan taring dan cakaran yang menyeramkan;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka mereka akan ciut mundur sendirinya. 
                Seandainya ular buas dan kalajenking berbisa,
                mendesakmu dengan nafas racun yang berkobrar;
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka mereka akan kabur sendirinya.  
                Seandainya awan mengguntur dan kilat bersambaran,
                hujan es dan hujan deras turun tiada henti-hentinya;   
                Renungkanlah akan kekuatan gaib Avalokitesvara,
                maka segala malapetaka akan lenyap sendirinya.
                Daya kekuatan gaib Sang Bodhisatva Avalokitesva
dapat menyelamatkan mahluk dari segala malapetaka.
                Karena betapapun juga ia sempurna dalam kegaibannya
dan secara meluas menerapkan Jalan kebijaksanaan,
menampakkan dirinya di 10 penjuru alam semesta.
Segala macam penderitaan dan kesengsaraan,
alam neraka, setan lapar dan binatang,
maupun roda samsara hidup, tua, sakit dan mati –
Segala kebelengguan, ia sedikit demi sedikit lenyapkan.
Ia yang memiliki pandangan benar, pandangan suci,
pandangan agung dan pandangan bijaksana,
pandangan belas kasihan dan pandangan kewelas asihan –
Senantiasa kami mengandalkan dan menyanjungnya.
Kecemerlangan sinar cahayanya suci tak ternodai,
bagaikan mentari kebijaksanaan yang menerangi kegelapan.

Berpikir Kreatif



Berpikir Kreatif
Seorang pemain profesional bertanding dalam sebuah turnamen golf. Ia baru saja membuat pukulan yang bagus sekali yang jatuh di dekat lapangan hijau.
Ketika ia berjalan di fairway, ia mendapati bolanya masuk ke dalam sebuah kantong kertas pembungkus makanan yang mungkin dibuang sembarangan oleh salah seorang penonton. Bagaimana ia bisa memukul bola itu dengan baik?
Sesuai dengan peraturan turnamen, jika ia mengeluarkan bola dari kantong kertas itu, ia terkena pukulan hukuman. Tetapi kalau ia memukul bola bersama-sama dengan kantong kertas itu, ia tidak akan bisa memukul dengan baik. Salah-salah, ia mendapatkan skor yang lebih buruk lagi.
Apa yang harus dilakukannya?
Banyak pemain mengalami hal serupa. Hampir seluruhnya memilih untuk mengeluarkan bola dari kantong kertas itu dan menerima hukuman. Setelah itu mereka bekerja keras sampai ke akhir turnamen untuk menutup hukuman tadi.
Hanya sedikit, bahkan mungkin hampir tidak ada, pemain yang memukul bola bersama kantong kertas itu. Resikonya terlalu besar. Namun, pemain profesional kita kali ini tidak memilih satu di antara dua kemungkinan itu.
Tiba-tiba ia merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sekotak korek api. Lalu ia menyalakan satu batang korek api dan membakar kantong kertas itu. Ketika kantong kertas itu habis terbakar, ia memilih tongkat yang tepat, membidik sejenak, mengayunkan tongkat, wus, bola terpukul dan jatuh persis ke dalam lobang di lapangan hijau. Bravo! Dia tidak terkena hukuman dan tetap bisa mempertahankan posisinya. Smiley…!
Ada orang yang menganggap kesulitan sebagai hukuman, dan memilih untuk menerima hukuman itu.
Ada yang mengambil resiko untuk melakukan kesalahan bersama kesulitan itu.
Namun, sedikit sekali yang bisa berpikir kreatif untuk menghilangkan kesulitan itu dan menggapai kemenangan…

Senin, 12 Januari 2015

RPP kelas 4 SD mata pelajaran Agama Buddha

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan               :  Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran                     :  Pendidikan Agama Buddha                                                               
Kelas/ Semester                    :  IV / I
Alokasi Waktu                     :  2 x 35 menit
Standar kompetensi             :   1.  Mengungkapkan peristiwa perayaan membajak sawah.
   Kompetensi Dasar                : 1.2  Menjelaskan makna peristiwa membajak sawah.
Indikator                              : 1.2.1   Menyebutkan hal yang dilakukan Pangeran Sidharta saat peristiwa membajak.
1.2.2 Menyebutkan manfaat membajak bagi Kerajaan Kapilavasthu
1.2.3 Menyebutkan manfaat membajak bagi masyarakat
1.2.4  Menceritakan hal berkesan ketika pergi ke sawah
1.2.5    Meditasi dengan memperhatikan nafas
I.    Tujuan Pembelajaran     :  Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
·         Menyebutkan hal yang dilakukan Pangeran Sidharta saat peristiwa membajak dengan benar
·         Menyebutkan manfaat membajak bagi Kerajaan Kapilavasthu dengan benar
·         Menyebutkan manfaat membajak bagi masyarakat dengan benar
·         Menceritakan hal berkesan ketika pergi ke sawah dengan baik
·         Melaksanakan meditasi dengan memperhatikan nafas.
II.  Materi Pembelajaran      :  Suatu hari Raja Suddhodana mengajak Pangeran Siddharta yang masih berusia 7 tahun pergi menyaksikan Perayaan Membajak. Perayaan Membajak diikuti oleh keluarga kerajaan dan warga kota. Perayaan membajak dilaksanakan pada awal dimulaianya musim bercocok tanam. Seluruh penduduk merasa gembira ketika Perayaan membajak berlangsung.
Di tengah perayaan, Pangeran Siddharta merasa sedih melihat seekor elang yang menyambar ular serta melihat ayahnya dan para menteri mencambuk kerbau. Beliau mencari tenpat sepi dan bermeditasi di bawah pohon jambu. Ketika bermeditasi, bayangan pohon jambu tetap memayungi tempat meditasi walaupun matahari telah bergeser.
Perayaan membajak memiliki tujuan untuk membangun kedekatan antara keluarga kerajaan dengan rakyat supaya terwujud suatu keharmonisan. Selain itu untuk memberi suri tauladan kepada rakyat bahwa bercocok tanam bukanlah pekerjaan hina tetapi amat mulia. Membajak sangat bermanfaat bagi berlangsungnya proses pertanian. Dengan dibajak, tanah akan menjadi gembur dan dapat ditanami padi.
III. Metode pembelajaran    :  Ceramah, diskusi, pemberian tugas
IV. Langkah-langkah Pembelajaran                                          
A. Kegiatan Awal         :  *    Memanjatkan doa Namaskara Gatha bersama.
                                       *    Absen siswa.
                                       *    Apersepsi: Apakah para siswa pernah melihat orang membajak?
B. Kegiatan Inti           :    *    Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan dipelajari
                                        *    Siswa melihat gambar ”Perayaan Membajak”.
                                        *   Siswa  membacakan cerita ”Perayaan Membajak” secara bergantian.
                                        *   Guru menyampaikamenjelaskan dan menyampaikan inti dari cerita yang
                                             dibacakan siswa
                                        *  Guru bertanya kepada sisiwa tentang hal yang dilakukan Pangeran Sidharta
                                            saat peristiwa membajak.
                                        *  Siswa menyebutkan hal yang dilakukan Pangeran Sidharta saat peristiwa
                                             membajak.
                                        *   Guru bertanya tentang manfaat Perayaan membajak bagi Keluarga Kerajaan
                                             dan masyarakat.        
                                        *    Siswa menyebutkan manfaat Perayaan membajak bagi Keluarga Kerajaan
                                              dan masyarakat.          
                                         *    Siswa bercerita tentang hal yang berkesan ketika pergi ke sawah secara
                                               bergantian
                                         *    Tanya jawab antar siswa tentang hal berkersan ketika pergi ke sawah
                                         *    Siswa mempraktekkan meditasi dengan obyek pernapasan.
   C. Kegiatan Akhir      :  *   Guru menyampaikan kesimpulan
                                        *    Gita Namaskara.     
V.  Alat dan Sumber Bahan
a.  Alat                           : Gambar
   b.  Sumber Belajar          :  Buku Pelajaran Agama Buddha Ehipassiko kelas 4 hal 2,3
Buku Riwayat Hidup Buddha Gotama hal 29-36
VI. Penilaian

RPP SD Kelas 6 Materi Agama Buddha

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan               :  Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran                     : Pendidikan Agama Buddha
Kelas/ Semester                    :  VI / I  
Alokasi Waktu                     : 2 x 35 menit
Standar kompetensi              :             1.         Mengungkapkan cerita pada masa pendidikan Pangeran Siddharta.
Kompetensi Dasar                :  1.1  Menjelaskan masa  pendidikan belajar Pangeran  Siddharta.                                           
Indikator                              : 1.1.1.  Menyebutkan tempat pendidikan Pangeran Siddharta.
                                              1.1.2    Menyebutkan ilmu yang dipelajari Pangeran Siddharta.
                                              1.1.3  Menyebutkan nama guru Pangeran Siddharta pada waktu sekolah.
                                              1.1.4   Menyebutkan sifat-sifat Pangeran Siddharta.
                                              1.1.5 Menunjukan sikap yang baik saat pembelajaran berlangsung
                                              1.1.6   Membuat jadwal kegiatan dari bangun tidur sampai berangkat sekolah
I.  Tujuan Pembelajaran       : Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
·         Menyebutkan tempat pendidikan Pangeran Siddharta dengan benar.
·         Menyebutkan ilmu yang dipelajari Pangeran Siddharta dengan benar.
·         Menyebutkan nama guru Pangeran Siddharta pada waktu bersekolah dengan benar.
·         Menyebutkan  dan menjelaskan kembali sifat-sifat Pangeran Siddharta dengan benar.
·         Membuat jadwal kegiatan dari bangun tidur sampai berangkat sekolah
·         Menunjukkan sifat yang baik saat pembelajaran berlangsung
II.  Materi Pembelajaran      : 
 Pangeran Siddharta mendapat pendidikan di istana. Guru pangeran siddharta diundang untuk membimbing pangeran Siddharta di istana. Guru pangeran siddharta bernama Vismamitta. Teman-teman Pangeran Siddharta adalah para putra bangsawan. Pangeran Siddhrta mendapat pelajaran tentang bahasa, matematika, ilmu perbintangan, agama, ilmu militer dan bela diri. Pangeran Siddharta merupakan siswa yang mempunyai kelebihan dibanding dengan teman-teman yang lain. Sifat- sifat yang dimiliki oleh pangeran Siddharta adalah Pandai, suka bermeditasi, disiplin, hemat, menghormati orang lain, suka menolong, tidak mudah putus asa dan semangat. Kepandaian dari pangeran Siddharta bahkan melebihi dari gurunya.

III. Metode pembelajaran    :  Ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran     
     A. Kegiatan Awal         : *    Memanjatkan doa Namaskara Gatha bersama.                                               
                                      *    Apersepsi: Apakah para siswa sudah pernah membaca atau mendengar
                                         cerita masa kecil dan pendidikan Pangeran Siddharta?
      B. Kegiatan Inti       :                                         *    Guru memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan
                                                   dilaksanakan.
                                        *    Siswa melihat dan mengapersepsikan gambar dalam materi yang bertemakan
                                              Teladan Pangeran Siddharta.
                                        *    Guru mengulas kembali cerita masa kecil dan pendidikan Pangeran Siddharta.
                                        *    Tanya jawab.
                                        *    Siswa menyebutkan tempat pendidikan Pangeran Siddharta.
                                        *    Siswa menyebutkan nama guru yang mengajar Pangeran Siddharta.
                                        *    Siswa menyebutkan beberapa ilmu yang dipelajari Pangeran Siddharta.
                                        *    Siswa  menyebutkan dan menjelaskan sifat-sifat Pangeran Siddharta dalam
                                              belajar.
                                        *    siswa berdiskusi dan membuat jadwal kegiatan dari bangun tidur sampai
                                               berangkat sekolah
            C. Kegiatan akhir     : * Guru menyampaikan kesimpulan tentang masa pendidikan dan sifat-sifat Pangeran siddharta
*    Guru menyampaikan pesan kepada siswa untuk rajin dan semangat belajar.
*    Gita Namaskara
V.  Alat dan Sumber Bahan
      a.  Alat                           : Gambar masa pendidikan Pangeran Siddharta
      b.  Sumber Belajar          : Buku Pelajaran Agama Buddha Ehipassiko kelas 6
                                                Buku Kronologi Hidup Buddha
                                                Buku Pelajaran Agama Buddha kelas 6 (Puji Sulani, S.Ag)

VI. Penilaian                        
a.       Jenis                       :   Tes tertulis
b.      Instrumen               :    
1.      Dimana tempat pendidikan Pangeran Siddharta?
2.      Sebutkan ilmu yang dipelajari Pangeran Siddharta?
3.      Siapa nama guru Pangeran Siddharta pada waktu bersekolah?
4.      Sebutkan sifat-sifat Pangeran Siddharta?
Jawaban:

RPP kelas V SD materi AGAMA Buddha

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan            : Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran                  : Pendidikan Agama Buddha
Kelas/ Semester                 :  V / I       
Alokasi Waktu                  : 3 x 35 Menit
Standar kompetensi          :  1.      Mengungkapkan berbagai cara  raja  Suddhodana  membesarkan Pangeran Siddharta.
Kompetensi Dasar            :  1.3     Menjelaskan sikap Pangeran Siddharta menghadapi  kemewahan dan kesenangan duniawi.
Indikator                           : 1.3.1 Menyebutkan sarana yang diberikan Raja pada Pangeran Siddharta
                                                        1.3.2 Mengidentifikasi kemewahan tiga istana bagi Pangeran Siddharta 
                                            1.3.3 Mengungkapkan sikap Pangeran  Siddharta menghadapi kemewahan di Istana.
                                            1.3.4 Mengungkapkan sikap ketika permintaan terpenuhi dan tidak terpenuhi oleh orang tua
I.    Tujuan Pembelajaran :  Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat:
·         Menyebutkan sarana yang diberikan Raja pada Pangeran Siddharta dengan benar
·         Mengidentifikasi kemewahan tiga istana bagi Pangeran Siddharta 
·         Mengungkapkan sikap Pangeran  Siddharta menghadapi kemewahan di Istana
·         Mengungkapkan sikap ketika permintaan terpenuhi dan tidak terpenuhi oleh orang tua dengan baik.     
                      
I.    Materi Pembelajaran   : Pangeran Siddharta merupakan putra mahkota Suku Sakya. Raja Suddhodana, ayah dari Pangeran Siddharta sangat menyayanginya. Raja Suddhodana berkeinginan untuk selalu membahagiakan Pangeran Siddharta, karena merupakan satu-santunya pewaris tahta. Raja Suddhodana tidak ingin putranya menjadi Buddha.
Raja Suddhodana menyadari bahwa Pangerasn Siddharta akan bertekad bulat menjadi Buddha setelah melihat empat peristiwa. Raja mengkondisikan kemewahan di dalam istana bagi Pangeran Siddharta. Pangeran Siddharta dibuatkan tiga kolam teratai dan tiga buah istana dengan pelayan yang masih muda, cantik dan gagah supaya tidak keluar istana.
Pangeran Siddharta menikmati kemewahan tetapi tidak melekatinya. Pangeran Siddharta tidak pernah sombong dengan semua kemewahan yang dimiliki. Pangeran selalu merenungkan bahwa banyak makhluk yang mengalami kesedihan dan penderitaan serta merasa jenuh akan kemewahan yang diberikan oleh ayahnya..
Pangeran Siddharta membalas kasih sayang orang tua dengan terima kasih dan bersikap baik.
III. Metode pembelajaran  :  Ceramah, tanya jawab, demontrasi dan unjuk kerja.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran                                          
A. Kegiatan Awal      :  *    Namaskara Gatha bersama.
                                    *    Apersepsi: Apakah para sisiwa selalu mendapat uang saku setiap hari?
B. Kegiatan Inti          :  *    Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan dipelajari.           
*    Siswa melihat dan mengapersepsikan gambar tiga iastana untuk Pangeran Siddharta.
*    Siswa membaca cerita “Sikap Pangeran Siddharta terhadap kesenangan duniawi”.
*    Guru melalui tanya jawan menjelaskan isi cerita.
*    Siswa menyanyikan lagu ”Kasih Mama”
*    Guru menyampaikan inti lagu ”Kasih Mama”.
*    Siswa menceritakan ketika permintaan terpenuhi dan tidak terpenuhi oleh orang tua
*    Guru menanggapi cerita yang diungkapkan oleh siswa.
*    Guru menyampaikan Kesimpulan

C. Kegiatan Akhir     :        *       Gita Namaskara.  
V.  Alat dan Sumber Bahan
      a.  Alat                       : Gambar tiga istana Pangeran Siddharta,
Gambar Pangeran Siddharta ketika keliling kota dan melihat orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa
         b.  Sumber Belajar     :  Buku Pelajaran Agama Buddha Ehipassiko kelas 5 hal 3-5
                                             Buku Pelajaran Agama Buddha kelas 5 (Puji Sulani, S.Ag) hal 5,6
VI. Penilaian                      :    
a.       Jenis                      :  Lisan
b.      Instrumen              : 1. Sebutkan tiga kolam yang diberikan Raja Suddhodana kepada Pangeran Siddharta?