Senin, 11 Februari 2013

Upali Sutta


UPALI SUTTA
(56)

1.       Demikianlah saya dengar :
          Pada suatu kesempatan Sang Buddha tinggal di Nalanda di Hutan Mangga Pavarika.
2.       Kemudian, pada kesempatan ini Nigantha (Jain) Nataputta tinggal di Nalanda dengan suatu romobogan besar kaum Nigantha. Lalu, setelah petapa Jangkung Nigantha (Digha Tapassi) mengadakan pindapata di Nalanda dan kembali dari pindapata, dia pergi ke Hutan Mangga Pavarika untuk menemui Sang Buddha, dan saling memberi salam dengan Sang Buddha, dan setelah bicara dengan sopan dan ramah, dia berdiri di satu sisi. Setelah  dia melakukan hal itu, Sang Buddha berkata kepadanya : 'Ada tempat duduk, duduklah sesukamu petapa.'
3.       Setelah ini dikatakan, petapa Jangkung itu mengambil tempat duduk yang lebih rendah dan duduk disatu sisi. Setelah dia melakukan demikian, Sang Buddha bertanya kepadanya : 'Petapa, berada banyak jenis kamma Nigantha Nata­putta gambarkan sebagai pelaksanaan kamma buruk, dan untuk melakukan kamma buruk? 
          'Sobat Gotama, Nigantha Nataputta tidak biasa mempergunakan uraian "kamma, kamma"; Nigantha Nataputta biasa mempergunakan uraian "batang tubuh,"
          'Kemudian, petapa, berapa banyak jenis batang tubuh Nigantha Ntaputta gambarkan sebagai pelaksanaan perbuatan buruk, dan untuk menghilangkan perbua­tan buruk? '
          'Sobat Gotama, Nigantha Nataputta menggambarkan tiga jenis batang tubuh untuk pelaksanaan kamma buruk, dan untuk menghilangkan kamma buruk, yaitu : tubuh jasmani, tubuh ucapan, dan tubuh mental."
          'Bagaimana kemudian, petapa, adakah tubuh jasmani lain, tubuh ucapan lain, dan tubuh mental lain ?'
          Tubuh jasmani satu, sobat Gotama, tubuh ucapan satu yang lain, dan tubuh mental satu yang lain.
          'Dari ketiga jenis tubuh ini, petapa, yang demikian dianalisis dan di bedakan, jenis tubuh mana yang Nigantha Nataputta gambarkan sebagai tubuh yang paling tercela atas pelaksanaan kamma buruk, tubuh jasmani, tubuh ucapan dan tubuh mental.
          'Dari ketiga jenis tubuh ini, Sobat Gotama, yang demikian dianalisis dan dibedakan, Nigantha Nataputta menggambarkan tubuh  jasmani sebagai yang paling tercela  untuk pelaksanaan kamma buruk, dan tidak begitu bagi tubuh, ucapan atau tubuh mental.'
          'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani, petapa?'
          'Aku katakan tubuh jasmani, Sobat gotama.'
          'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani, petapa?'
          'Aku katakan hukuman jasmani, Sobat gotama.'
          'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani, petapa.'
          'Aku katakan tubuh jasmani, sobat Gotama.'
Jadi, Sang Buddha membuat petapa Jangkung Nigantha, mempertahankan pertanyaan­nya sampai tiga kali.
4.       Setelah ini dikatakan, petapa Jangkung itu bertanya kepada Sang Buddha : 'Sobat Gotama, berapa benyak jenis tubuh yang Anda gambarkan untuk pelaksanaan kamma buruk?'
          'Petapa, seorang Tathagata tidak biasa menggambarkan ungkapan atau uraian 'tubuh, tubuh'; Seorang Tathagatha biasa mempergunakan ungkapan atau uraian "kamma, Kamma'.'
          'Tetapi, sobat Gotama, berapa banyak jenis kamma yang Anda gambarkan untuk pelaksanaan kamma buruk?'
          'Petapa, aku menguraikan tiga jenis kamma untuk pelaksanaan kamma buruk, yaitu kamma jasmani, kamma ucapan dan kamma pikiran.'
          'Bagaimana kalau begitu, sobat Gotama, kamma jasmani satu, kamma ucapan lain dan kamma pikiran lain ?'
          'Kamma jasmani satu, petapa, kamma ucapan lain, dan kamma pikiran lain.'
          'Dari tiga jenis kamma ini, Sobat Gotama yang dianalisis dan dibedakan demikian, jenis manakah yang Anda gambarkan sebagai kamma yang paling tercela untuk pelaksanaan kamma buruk, seperti kamma jasmani, ucapan atau pikiran?
          'Dari ketiga jenis kamma ini, petapa, yang diananlisis dan dibedakan demikian, Aku menggambarkan kamma pikiran sebagai paling tercela untuk pelak­sanaan kamma buruk, dan tidak demikian besarnya kamma jasamani atau kamma ucapan.'
          'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran, sobat Gotama?'
          'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
          'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran, sobat Gotama?'
          'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
          'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran, sobat Gotama?'
          'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
          Jadi Nigantha, petapa Jangkung  itu membuat Sang Buddha mempertahankan pernyataannya sampai tiga kali, yang sesudahnya dia bangkit dari tempat duduk­nya dan pergi menuju Nigantha Nataputta.
5.       Kemudian pada kesempatan itu Nigantha Nataputta duduk bersama dengan serombongan besar orang dari Balaka, yang di antara mereka paling menonjol adalah Upali. Nigantha Nataputta melihat Nigantha pertapa jangkung datang dan ketika melihat dia, beliau bertanya kepadanya : 'Sekarang darimana engkau datang pada hari besar, petapa?'
          'Saya datang dari hadapan Bhikkhu Gotama, yang mulia.'
          'Apakah engkau melakukan percakapan dengan Bhikkhu Gotama, petapa ?'
          'Saya melakukan percakapan dengan Bhikkhu Gotama, yang mulia.; ''Lalu, bagaimana percakapanmu dengan Bhikkhu Gotama, petapa?' Kemudian, Nigantha petapa Jangkung menceritakan kepada Nigantha Nataputta, semua percakapannya dengan Sang Bhagava.
6.       Setelah semua itu dikatakan, Nigantha Nataputta berkata kepadanya:'Baik, baik, (bagi) petapa : Sebagai seorang siswa yang sangat terpelajar yang menge­tahui Sistem Ajaran gurunya dengan benar, maka hal itu telah dinyatakan oleh petapa Jangkung kepada Bhikkhu Gotama : Bagaimana badan pikiran yang tidak penting masuk hitungan dibandingkan dengan badan jasmani yang besar? Sebalik­nya, badan jasmani paling pantas dicela karena pelaksanaan kamma buruk dan  tidak demikian besarnya badan ucapan dan badan pikiran.'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar