Selasa, 29 Januari 2013

kabalikarahara


KABALIKARAHARA
Dalam agama Buddha yang namanya makanan tidak hanya makanan yang berupa materi saja tetapi juga terdapat jenis makanan yang lain, makanan tersebut bisa berwujud makanan batin yang bisa membuat suatu mahluk dapat terus hidup walaupun tidak makan makanan yang berbentuk materi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Makanan yang dikonsumsi oleh manusia memiliki nama lain ahara. Ahara merupakan unsur yang sangat penting dari makanan, yang terutama memelihara atau mendorong pertumbuhan sifat-sifat materi, ia menghidupkan atau umumnya menolong materi yang dihasilkan oleh keempat unsur dasar yang berupa kamma, pikiran, temperatur, dan makanan supaya dapat tumbuh dengan subur.
Nanamoli (2001:195) menyatakan “Apakah yang satu itu?
Adalah makanan di mana semua mahluk dikatakan ‘ditopang oleh makanan’, atau bisa juga diartikan kehidupan mereka lewat makanan. Itulah yang dimaksudkan oleh Sang Buddha dengan kata satu....”
Sang buddha sendiri telah memberitahukan bahwa makanan merupakan sesuatu yang utama atau disebut sebagai yang pertama. Semua mahluk ada karena adanya makanan. Manusia berusaha untuk selalu hidup karena adanya makanan. Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab mengapa suatu mahluk dapat terlahir secara terus menerus, karena mahluk-mahluk belum bisa melepaskan kemelekatan mereka terhadap makanan.
Yeto (1991:84) menyatakan “secara harfiah, istilah ahara menyatakan apa saja yang menghasilkan suatu sebab akibat. Makanan sudah jelas sebagai faktor mempertahankan yang mutlak bagi kelangsungan hidup badan jasmani.”
Dalam hal ini, makanan disebut sebagai suatu yang sangat penting untuk menunjang kehidupan atau kelangsunagan hidup. Badan jasmani yang kita miliki sekarang selalu mendapatkan suatu energi yang tidak hanya berupa makanan materi saja. Jumlah kebutuhan makanan yang dibutuhkan oleh badan jasmani setiap harinya akan selalu berubah sesuai dengan sebab dan akibatnya. Unsur makanan yang perlu bagi kelangsungan badan jasmani bisa didapatkan dari unsur makanan sehari-hari. Unsur makanan sehari-hari tersebut dinamakan kabalikarahara. Makanan atau ahara terbagi menjadi beberapa, yaitu:
1.      Kabalikarahara (unsur makanan sehari-hari)
2.      Kontak (Phassa)
3.      Kehendak (Manosancetana)
4.      Kesadaran (Vinnana)
Kabalikarahara merupakan unsur makanan sehari-hari. Mettadewi (1994:144) menyatakan “kabalikarahara berarti unsur makanan atau unsur yang penting dari makanan yang terutama memelihara atau mendorong pertumbuhan sifat-sifat materi.” Sifat-sifat materi itu salah satunya adalah sel-sel di dalam badan jasmani yang selalu berganti. Di dalam Buddha Dhamma dijelaskan bahwa tujuan dari hidup ini adalah untuk mengerti tentang kehidupan ini, bahwa hidup ini terdiri atas jasmani dan rohani/batin. Oleh karena itu, jasmani ini harus mendapat makanan, demikian pula dengan rohani/batin. Tetapi rohani ini dikatakan lebih banyak daripada hanya sekedar jasmani. Dengan mempunyai rohani/batin itu, kita harus memberikan makanan kepada apa yang dinamakan phassa atau kontak. Jadi, terjadilah kontak dengan pikiran, kontak dengan perasaan, kontak dengan kesadaran. Jadi itu harus diberikan makanan, maka disebutlah makanan bagi phassa/kontak. Kemudian pikiran, itu juga harus diberikan makanan, yang di dalam bahasa Pali disebut Mano Sancetana Ahara, makanan untuk pikiran. Makanan untuk pikiran, tentu jelas bahwa pikiran ini harus diberikan makanan yang sehat-sehat, yang baik-baik, yang terpilih, supaya pikiran itu mejadi sehat. Kemudian makanan untuk kesadaran, Vinnana Ahara.
Dengan adanya unsur makanan sehari-hari ini, pertumbuhan sel-sel tersebut akan lancar dan membuat badan jasmani dapat bertahan lama. Tetapi, pada hakekatnya dalam pandangan Buddhis ini hanya akan memperpanjang penderitaan suatu mahluk karena dengan adanya makanan, manusia yang terutamanya akan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan akan makanan ini dan dapat menimbulkan nafsu yang membuat manusia atau suatu mahluk dapat terlahir secara terus-menerus.
Dalam ilmu pengetahuan, unsur makanan sehari-hari yang terkandung di dalam makanan berupa zat gizi. Zat gizi yang terkandung dalam makanan berbeda-beda antara satu makanan dengan makanan yang lainnya. Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik bagi tubuh. Masing-masing zat gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme. Namun zat gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
Tiga fungsi utama zat gizi bagi tubuh adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai sumber energi
Zat gizi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat , lemak dan protein. Zat-zat gizi tersebut merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Namun penyumbang energi terbesar dari ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak.
Bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain:
a.    Nasi, jagung, talas, singkong, ubi, gandum yang merupakan sumber karbohidrat
b.    Margarine dan mentega merupakan sumber lemak
c.    Kacang-kacangan, ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein.
2.      Untuk pertumbuhan dan pembangunan jaringan tubuh
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein. Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi ini juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
3.      Sebagai pengatur proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin, air, dan protein. Namun yang memiliki fungsi utama sebagia zat pengatur adalah mineral dan vitamin.
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.      Zat gizi makro
Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein.
2.      Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani. Zat gizi hewani adalah zat gizi yang berasal dari hewan, sedangkan zat gizi yang berasal dari tumbuhan disebut nabati. Sebagai contoh adalah protein. Protein yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati, sedangkan yang berasal dari hewan disebut protein hewani. Makanan yang kaya akan protein nabati misalnya tempe, tahu, kacang tanah, kacang kedelai, dan buah kelapa, sedangkan sumber protein hewani antara lain adalah telur, daging, dan susu.
Unsur makanan sehari-hari yang terkandung di dalam makanan memberikan energi bagi tubuh dan ini sama dengan yang dijelaskan oleh Sang Buddha sendiri bahwa yang paling utama dari yang lainnya adalah makanan. Sesuai dengan perkembangan zaman, Dhamma yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha selalu mengikuti jalannya, tidak pernah menyimpang dari hal-hal yang ada sekarang dan begitupun hal-hal yang akan ada di masa mendatang. Sang Buddha dalam perjalanan untuk mencapai pencerahan juga tidak terlepas dari makanan, Beliau yang menyiksa diri dengan bertapa tanpa makan sebutir nasipun akhirnya hampir meninggal karena tidak memiliki penopang untuk kesegaran badan jasmaninya dan ini membuktikan bahwa makanan akan selalu menjadi yang utama untuk penopang hidup.
Daftar Pustaka
Kaharuddin, J. 2005. Abhidhammatthasangaha. Tangerang:Vihara Padumuttara.
Mettadewi. 1994. Pokok-pokok Dasar Abhidhamma jilid 1. Jakarta: Sekolah Tinggi Agama Budda Nalanda.
Nanamoli. 2001. Khuddakapatha 1. Klaten:Vihara Bodhivamsa.
The Late Supreme Patriach, Vajrananavarorasa, dan Yeto. 1991. Dhamma Vibhaga. Jakarta: Arya Surya Candra.
Jotidhammo, Rudi Ananda Limiadi. 2009. Samyutta Nikaya 3. Klaten: Wisma Sambodhi.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar