Selasa, 30 April 2013

perkembangan agama buddha setelah Sang buddha Parinibbana


2.1   Perkembangan Agama Buddha setelah Sang Buddha Parinibbana
Kemunculan seorang Buddha merupakan hal yang sangat langka dalam kehidupan ini. Begitu juga dengan kemunculan Buddha Gautama menjadi fenomenal di seluruh penjuru dunia bahkan di seluruh alam Dewa dan Brahma. Tetapi setelah Sang Buddha Parinibbana banyak terjadi perselisihan yang mengancam keutuhan Dhamma dan Vinaya. Berikut adalah rangkaian perkembangan Agama Buddha setelah Sang Buddha Parinibbana menurut penelitian terkini yaitu sebagai berikut :
1.   Tahun 483 SM      : tiga bulan setelah Sang Buddha parinibbana diadakan sidang konsili yang pertama.
2.   Tahun 383 SM      : Sidang Agung kedua diadakan oleh Raja Kalasoka di Vaisali

3.   Tahun 250 SM      : Sidang Agung ketiga diadakan oleh Ashoka yang Agung dan didampingi oleh Moggaliputta Tissa menyusun Kathavatthu untuk menyanggah pandangan-pandangan dan teori-teori sesat yang dianut oleh beberapa sekte Buddhis. Raja Asoka mengeluarkan sejumlah maklumat (Maklumat Asoka) mengenai kerajaan untuk mendukung agama Buddha.
4.   Tahun 250 SM      : Raja Asoka yang Agung mengirimkan beragam misionaris Buddhis ke negara-negara Helenistik di Barat untuk memperkenalkan agama Buddha.
5.   Tahun 250 SM      : contoh pertama naskah Kharosthi yang telah dikembangkan penuh dimulai pada periode ini (catatan Asoka di Shahbazgarhi dan Mansehra, sebuah wilayah barat laut anak benua Hindia).
6.   Abad ke-3 SM       : Pedagang-pedagang India secara teratur mengunjungi pelabuhan di Arabia, menjelaskan luasnya pemakaian nama tempat di wilayah itu dengan asal usul India atau Buddhis. Contoh bahar (dari bahasa Sanskerta vihara, sebuah kuil Buddhis). Para biarawan Buddhis utusan Asoka membawa ajaran agama Buddha ke Suwannaphum, yang lokasinya masih diperselisihkan. Dipavamsa dan orang Mon percaya bahwa tempat itu merupakan pemukiman bahari di tempat yang dikenal sekarang dengan nama Birma.
7.   Tahun 220 SM      : Buddhisme Theravada secara resmi diperkenalkan di Sri Lanka oleh Yang Mulia Mahinda, anak Raja Asoka dari India di masa kekuasaan Raja Devanampiya Tissa.
8.   Tahun 185 SM      : Jenderal Brahmana Pusyamitra Sunga menggulingkan Dinasti Maurya dan mendirikan Dinasti Sunga, dan tampaknya memulai gelombang penganiyaan terhadap agama Buddha.
9.   Tahun 180 SM      : Raja Yunani-Baktria Demetrius menyerang India hingga Pataliputra dan mendirikan kerajaan Indo-Yunani (180-10 SM), pada masa ini agama Buddha berkembang.
10.  Tahun 150 SM     : Raja Indo-Yunani Menander I memeluk agama Buddha dibimbing oleh seorang yang bijaksana bernama Nagasena merurut laporan Milinda Panha.
11.  Tahun 120 SM     : Kaisar Han Wudi (156-87 SM) menerima dua patung emas Buddha, menurut prasasti-prasasti di Gua Mogao, Dunhuang.
12.  Abad ke-1 SM      : Gubernur Indo-Yunani, Theodorus menyemayamkan relik Sang Buddha dan mendedikasikannya kepada Yang Mulia Shakyamuni yang didewakan.
13.  Tahun 29 SM       : Menurut catatan sejarah Srilanka, konon bahasa Pali ditulis pada masa pemerintahan Raja Vattagamini (29-17 SM).
14.  Tahun 2 SM         : Hou Hanshu mencatat kunjungan utusan Yuezhi pada tahun  2 Masehi ke ibukota Cina yang memberikan pengajaran lisan akan sutra-sutra agama Buddha.
15.  Tahun 65 M         : Dukungan Liu Ying akan agama Buddha merupakan tindakan tercatat pertama akan praktek pelaksanaan Buddhis di Cina.
16.  Tahun 67 M         : Agama Buddha masuk ke Cina berkat upaya dua orang bhikkhu Kasyapa dan Dharmaraksha.
17.  Tahun 68 M         : Buddhisme secara resmi berdiri di Cina dengan penemuan Kuli Kuda Putih (White Horse Temple).
18.  Tahun 78 M         : Ban Chao, seorang Jenderal Cina menundukkan Kerajaan Buddhis Khotan.
19.  Tahun 78-101 M  : Menurut tradisi Mahayana, sidang agung keempat mengambil tempat di bawah kekuasaan Raja Kanisha, dekat Jalandar, India.
20.  Tahun 116          : Warga Kushan, dibawah pimpinan Kanishka mendirikan kerajaan yang berpusat di Kashgar juga mengambil kuasa atas Khotan dan Yarkand yang sebelumnya merupakan tahan jajahan Cina di Tarim Basin yang sekarang dikenal dengan nama “Xinjian”.
21.  Tahun 148 M       : An Shigao, seorang pangeran Parthia dan bhikkhu Buddhis tiba di Cina dan melanjutkan pembuatan terjemahan pertama naskah Theravada ke dalam bahasa Tionghoa.
22.  Tahun 178          : Seorang bhikkhu Kushan, Lokaksema berkunjung ke ibukota Cina, Loyang dan menjadi penerjemah pertama naskah Mahayana ke bahasa Tionghoa yang dikenal.
23.  Abad ke- 2/3       : Penganut agama Buddha asal India dan Asia Tengah berkunjung ke Vietnam.
24.  Abad ke-3           : Penggunaan naskah Kharosthi di Gandhara terhenti.
25.  Abad ke-3 & 4     : Naskah Kharosthi digunakan di kota-kota di selatan Jalur Sutra yakni Khotan dan Niya.
26. Tahun 296 M        : Naskah Buddhis dalam bahasa Tionghoa yang paling awal bertanggal tahun ini (Zhu Fo Yao Ji Jing, ditemukan di Dalian, akhir tahun 2005).
27.  Abad ke-4           : Dua orang bhikkhu dari Cina membawa naskah-naskah ke kerajaan Goguryeo, Korea dan mendirikan pembuatan kertas di Korea.
28.  Tahun 320-467 M : Sebuah Universitas di Nalanda mendukung tiga ribu sampai sepuluh ribu bhikkhu.
29.  Tahun 399-414M : Fa Xian melakukan perjalanan dari Cian ke India kemudian kembali menerjemahkan karya-karya Buddhis ke dalam bahasa Tionghoa.
30.  Abad ke-5           : Kerajaan Funan (sekarang berlokasi di pusat Kamboja) mulai menganjurkan Buddhisme dalam rangkah penggantian dari Hinduisme. Bukti awal mengenai Buddhisme di Myanmar (catatan berbahasa Pali). Bukti awal akan Buddhisme di Indonesia (patung). Penafsiran ulang awal akan naskah-naskah berbahasa Pali. Stupa di Dambulla (Sri Lanka) dibangun.
31.  Tahun 402 M       : Atas permintaan Yao Xing, Kumarajiva berkunjung ke Changan dan menerjemahkan banyak naskah Buddhis ke dalam Bahasa Tionghoa.
32.  Tahun 403 M       : Di Cina, Hui Yuan berpendapat bahwa bhikkhu Buddhis seharusnya dikecualikan dari tindakan menghormat kepada raja.
33.  Tahun 405 M       : Yao Xing menghormati Kumarajiva.
34.  Tahun 425 M       : Agama Buddha menuju Sumatera.
35.  Tahun 464 M       : Buddhabhadra tiba di Cina untuk menyampaikan ajaran agama Buddha.
36.  Tahun 495 M       : Kuil Shaolin dibangun atas nama Buddhabhadra atas maklumat oleh raja Wei Xiao Wen.
37.  Tahun 485 M       : Lima bhikkhu ari Gandhara berkunjung ke Fusang (Jepang atau mungkin benua Amerika) dimana mereka memperkenalkan agama Buddha.
38.  Abad ke-6           : Pengikut Zen masuk ke Vietnam dari Cina. Cerita Jataka diterjemahkan dari Persia melalui perintah dari raja Zoroastiran, Khosrau I dari Persia.
39.  Tahun 527 M       : Bodhidharma menetap di kuil Shaolin provinsi Henan di Cina.
40.  Tahun 552 M       : Agama Buddha diperkenalkan di Jepang melalui Baekie (Korea), menurut Nihonshoki, beberapa pelajar menempatkan peristiwa ini pada tahun 538 M.
41.  Awal abad ke-7   : Jingwan mulai memahat sutra-sutra ke batu di Fangshan, Yuzhou, 75 km barat daya dari kota yang sekarang ini dikenal dengan nama Beijing.
42.  Tahun 607 M       : Utusan kerajaan Jepang diutus ke Dinasti Sui di Cina untuk mendapatkan salinan sutra-sutra.
43.  Abad ke-7           : Xuan Zang berkunjung ke India memperhatikan penganiayaan umat Buddha oleh Sasanka (raja Gouda, negara bagian di barat laut Bengal) sebelum kembali ke Chang An di Cina untuk menerjemahkan naskah-naskah Buddhis. Akhir dari penguasaan sporadis Buddhis di Sindh Raja Songsten Gampo dari Tibet mengirimkan utusan ke India untuk mendapatkan naskah-naskah Buddhis catatan terakhir yang menggunakan aksara Kharosthi diantara komunitas Buddhis sekitar Kucha.
44.  Tahun 671 M       : Peziarah Buddhis yang berasal dari Cina, Yi Jing berkunjung ke Palembang, ibukota dari sebagian kerajaan Buddhis Sriwijaya di pulau Sumatera, Indonesia dan mencatat sejumlah seribu bhikkhu yang menetap. Yisang kembali ke Korea setelah mempelajari Buddhisme Huayan Cina dan mendirikan kelompok Hwaeom.
45.  Tahun 736 M       : Huayan dikirim ke Jepang melalui Korea, ketika Roben mengundang bhikkhu Hwaeom Korea Simsang untuk menyampaikan pengajaran dan secara resmi mendirikan tradisi Kegon Jepang di kuil Todaiji.
46.  Tahun 743-754 M : Bhikkhu Cina Jianzhen berusaha untuk mencapai Jepang sebelas kali, berhasil pada tahun 754 untuk mendirikan kelompok Ritsu Jepang yang khusus mempelajari Vinaya (peraturan biara).
47. Abad ke-8            : Cerita Jataka Buddhis diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah dan bahasa Arab sebagai Kalilag dan Damnag. Sebuah catatan dalam kehidupan sang Buddha diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani oleh John dari Damascus dan secara luas disebarkan ke umat Kristen sebagai cerita akan Barlaam dan Josaphat. Hingga abad ke-14 cerita mengenai Josaphat menjadi sangat terkenal sehingga menjadikannya sebagai seorang Santo Katolik.
48.  Abad ke-8           : Dibawah kekuasaan Raja Trisong Deutsen, Padmasambhava berkunjung dari Afghanistan untuk mendirikan Buddhisme Tantrik di Tibet (yang kemudian dikenal dengan sebutan kelompok Buddhisme Tiber Nyingma), menggantikan agama utama kerajaan Bonpo. Buddhisme dengan cepat berkembang ke Sikkim dan Bhutan.
49.  Tahun 760 M       : Pembangunan Candi Borobudur dimulai, bangunan terkenal di Indonesia. Mungkin sebagai tempat suci non-Buddhis, bangunan ini diselesaikan sebagai monumen Buddhis pada tahun 830 M setelah pekerjaan selama lima puluh tahun.
50.  Tahun 804 M       : Dibawah kekuasaan Raja Kammu dari Jepang, rombongan empat kapal berlayar dari Cina. Dari dua kapal yang tiba, satu kapal yang ditumpangi oleh bhikkhu Kukai yang baru-baru ini diberikan gelar oleh pemerintahan Jepang sebagai seorang bhikkhu yang menyerap ajaran Vajrayana di Chang’an dan kembali ke Jepang untuk mendirikan kelompok Shingon. Kapal lain yang ditumpangi oleh Bhikkhu Saicho yang kembali ke Jepang untuk mendirikan kelompok Tendai, sebagian berdasarkan tradisi Tiantai Cina.
51.  Tahun 838-847 M : Ennin, seorang pendeta dari kelompok Tendai, berkunjung ke Cina selama sembilan tahun. Ia mencapai baik gunung umat Buddha yang terkenal, Wutaishan dan ibukota Cina, Chang’an, menyimpan catatan harian terperinci yang pada sumber utama atas periode ini dari sejarah Cina termasuk penganiayaan umat Buddhis.
52.  Tahun 841-846 M : Raja Wuzong dari Dinasti Tang (nama yang diberkan oleh Li Yan) berkuasa di Cina. Ia salah satu dari tiga raja Cina yang melarang agama Buddha. Dari tahun 843-545, Wuzong menjalankan penganiayaan anti umat Buddha yang secara tetap melemahkan struktur institusi Buddhisme di Cina.
53.  Abad ke-9           : Di Tibet terjadi penurunan dalam Buddhisme dan penganiayaan oleh Raja Langdarma.
54.  Abad ke-10         : Pembangunan kuil Buddhis di Bagan, Myanmar dimulai. Di Tiber, kebangkitan Buddhisme yang kuat dimulai. Kelompok Caodong dari Zen didirikan oleh Dongshan Liangjie dan para pengikutnya di selatan Cina.
55.  Tahun 971 M       : Dinasti Song Cina memrintahkan pemahat Chengdu untuk mengukir seluruh kanon Buddhis untuk pencetakan. Karya ini diselesaikan pada tahun 983 M dan sejumlah total seratus tiga puluh ribu blok telah dihasilkan.
56.  Tahun 991 M       : Sebuah salinan kanon Buddhis dari era dinasti Song tiba di Korea, hal ini mengesankan pemerintah.
57.  Abad ke-11         : Marpa, Konchog Gyalpo, Atisha dan lainnya memperkenalkan silsilah Sarma ke Tibet.
58.  Tahun 1009 M     : Dinasti Ly dari Vietnam dimulai, yang sebagian dibawa oleh sebuah persekutuan kerahiban Buddhis. Raja-raja Ly melindungi Buddhisme Mahayan sebagai tambahan atas semangat-semangat tradisional.
59.  Tahun 1010 M     : Korea memulai pemahatan edisi balok kayu cetak atas kanon Buddhis. Tanggal penyelesaian tidak diketahui. Kanon secara berkesinambungan berkembang dengan ditambahkan naskah-naskah baru dari Cina.
60.  Tahun 1017 M     : Di Asia Tenggara dan secara khusus Sri Lanka, urutan bhikkhuni terhenti karena invasi. Garis silsilah bhikkhu di Sri Lanka kemudian dihidupkan kembali dengan para bhikkhu dari Burma.
61.  Tahun 1025 M     : Sriwijaya, sebuah kerajaan Buddhis yang berbasis di Sumatera diserang oleh kerajaan Chola dari selatan India. Kerajaan ini tetap bertahan, tetapi kepentingannya mulai berkurang. Segera setelah penyerangan, pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke arah utara dari Palembang ke Jambi-Melayu.
62.  Tahun 1044-1077 M : Di Burma, raja pertama Pagan, Anoratha berkuasa. Ia mengubah agama negara menjadi Buddhisme Theravada dengan bantuan bhikkhu-bhikkhu dan buku-buku darri Sri Lanka. Ia juga dikatakan telah beralih agama ke Buddhisme Theravada oleh seorang bhikkhu Mon, walaupun kepercayaan lain masih didapati.

A.  Usaha-usaha Menegakkan Dhamma dan Vinaya
Setelah Petapa Gotama mencapai penerangan sempurna di bawah Pohon Bodhi di hutan Uruvela, dua bulan kemudian sebagai seorang Buddha selama empat puluh lima tahun, beliau dengan penuh cinta kasih mengajarkan Dhamma kepada para brahmana dan petapa, raja-raja dan pangeran-pangeran, cendikiawan dan mereka yang sederhana pikirannya, pedagang dan pekerja serta semua lapisan masyarakat lainnya sesuai dengan kemampuan dan pencapaian rohani mereka masing-masing.
Menurut Vinaya Atthakatha (Samantapasadika), Sang Buddha mulai memberikan Vinaya setelah dua puluh tahun pencapaian Penerangan Sempurna. Pada waktu itu mulai timbul perilaku bhikkhu-bhikkhu yang bukan saja merugikan perkembangan spriritualnya sendiri tetapi juga berpengaruh terhadap citra Sangha dan agama Buddha pada umumnya. Di samping itu terdapat juga para bhikkhu yang sebelumnya adalah petapa dari berbagai aliran keagamaan yang berbeda pula tata krama dan tradisinya dalam menjalani kehidupan spritual.
Dari latar belakang yang majemuk tersebut berbagai perilaku yang buruk dan perilaku lainnya yang tidak sesuai dengan kehidupan seorang samana menurut pandangan agama Buddha. Oleh sebab itu sewaktu Sang Buddha masih hidup setiap kali terjadi seorang Bhikkhu melakukan perbuatan yang dapat dicela oleh para bijaksana. Maka sang Buddha menetapkan suatu peraturan. Bilamana di kemudian hari ada peraturan itu dilanggar (apatti) dan dinyatakan bersalah. Dengan demikian makin lama makin banyak peraturan yang ditetapkan oleh Sang Buddha.
10 alasan Sang Buddha menetapkan Vinaya bagi para bhikkhu yaitu untuk :
1.   Kebaikan Sangha (tanpa Vinaya, eksistensi Sangha tidak akan bertahan lama).
2.    Kesejahteraan Sangha (sehingga bhikkhu akan sedikit mendapat rintangan dan hidup damai).
3.   Mengendalikan para bhikkhu yang tidak tehuh (yang dapat menimbulkan persoalan dalam Sangha).
4.   Kesejahteraan bhikkhu yang berkelakuan baik (karena pengalaman sila dengan baik menyebabkan kebahagiaan hidup sekarang ini).
5.   Melindungi diri atau melenyapkan kilesa yang telah ada karena banyak kesulitan dapat diatasi dengan laku moral yang baik.
6.   Mencegah timbulnya kilesa yang baru (kilesa tidak akan timbul pada orang yang memiliki sila yang baik).
7.   Memuaskan mereka yang belum puas dengan Dhamma karena orang yang belum mengenal Dhamma akan puas dengan tingkah laku bhikkhu yang baik.
8.   Menambah keyakinan mereka yang telah mendengar Dhamma karena orang yang telah mendengar Dhamma akan bertambah kuat keyakinannya melihat bhikkhu yang baik.
9.   Menegakkan Dhamma yang benar (Dhamma akan bertahan lama bila Vinaya dilaksanakan dengan baik oleh bhikkhu).
10.  Manfaat Vinaya itu sendiri (Vinaya dapat memberikan manfaat kepada makhluk-makhluk terbebas dari samsara).
Pada jaman sekarang, upaya-upaya dalam melestarikan Dhamma dan Vinaya sangat penting untuk dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai Dhamma dan Vinaya baik kepada para bhikkhu maupun kepada umat. Hal ini bertujuan supaya bhikkhu bisa tetap menjalankan Vinaya dan mengajarkan Dhamma dengan baik dan umat bisa tetap ikut berpartisipasi dalam mengawasi perilaku bhikkhu dan menjaga Dhamma.
2.   Meningkatkan pelatihan terhadap Dharmaduta maupun Dharmacarya supaya kelestarian Dhamma tetap terjaga.
3.   Disediakan sarana-sarana pembelajaran yang memadai dan lengkap mengenai Dhamma.
4.   Diadakan kegiatan Pabbajja Samanera maupun Samaneri secara berkala.
5.   Diadakan perayaan Hari Besar Keagamaan secara rutin
6.   Sering diadakannya Talk Show atau seminar mengenai Dhamma.
7.   Tidak melanggar Pancasila Buddhis dan tidak melakukan Garuka Kamma.
2.2   Konsili
Tiga bulan setelah Sang Buddha paribbana diadakan sidang agung untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Konsili I
Rincian lengkap mengenai konsili pertama adalah sebagai berikut :
a.   Latar belakang
Konsili pertama dipimpin oleh YA. Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 bhikkhu yang semuanya adalah Arahat. Sidang ini diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha. Dan disponsori oleh Raja Ajatasatu. Konsili pertama diadakan karena adanya seorang bhikkhu yang bernama Bhikkhu Subada yang berusaha mempengaruhi bhikkhu lain untuk tidak melaksanakan ajaran Sang Buddha dan tidak perlu menjalankan Vinaya. Mendengar hal tersebut Maha Kassapa Thera mengadakan Konsili yang pertama ini.
b.   Tujuan
1). Mengumpulkan kembali Ajaran Sang Buddha yang telah diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan juga.
2). Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Pada kesempatan ini Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.
c. Hasil Konsili I
1). Sangha tidak akan menetapkan hal-hal mana yang perlu dihapus dan hal-hal mana yang harus dilaksanakan, juga tidak akan menambah apa-apa yang telah ada sebelumnya.
2). Mengadili Y.A. Ananda
3). Mengucilkan Channa
4). Agama Buddha tetap utuh
2.   Konsili II
a.   Latar Belakang
Konsili kedua diadakan pada tahun 443 SM (seratus tahun setelah Konsili I) dan berlangsung selama empat bulan. Konsili ini dipimpin oleh Y.A. Revata dan dibantu oleh Y.A. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu. Sidang ini diadakan di Patttaliputta, Vesali. Sidang konsili kedua ini diadakan karena pada waktu itu adanya penyelundup-penyelundup yang berusaha untuk menyebarkan ajaran mereka sendiri dan mengotori kehidupan Sangha sehingga Kaisar Asoka Wardhana mengadakan sidang Konsili kedua ini dengan merencanakan untuk melakukan pengiriman Dharmaduta ke negeri-negeri lain.
b.   Tujuan
Tujuan diadakan konsili ini adalah adanya sekelompok Bhikkhu Sangha yang biasa disebut Mahasanghika menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras (tetapi gagal).
c.   Hasil Konsili II
1). Kesalahan-kesalahan Bhikkhu dari suku Vajjis yang melanggar Pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju.
2). Pengumpulan Dhamma dan Vinaya yang dikenal dengan nama “Satta Sati” atau “Yasathera Sanghiti” karena Bhikkhu Yasa dianggap dalam bidang pemurnian Vinaya.
3.   Konsili III
a.   Latar Belakang
Konsili ketiga diadakan di Pataliputta pada tahun 313 SM (yaitu 230 tahun setelah Konsili I) dengan disponsori oleh Raja Asoka Mauriya dibawah pimpinan Y.A. Tissa Moggaliputta.
b.   Tujuan
1). Menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha.
2). Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (Memurnikan Ajaran Sang Buddha).
3). Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan Upacara Uposatha setiap bulan supaya Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
c.   Hasil Konsili III
1). Menghukum Bhikkhu-bhikkhu selebor.
2). Ajaran Abhidhamma di ulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya, Suttadan Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III.
3). Y.A. Atissa memilih sepuluh ribu Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran Tipitaka tersebut dan perhimpunan tersebut berlangsung selama sembilan bulan.
4). Melakukan misionaris Buddhis (sektr Vibhajjavadin) ke berbagai wilayah yaitu :
a). Bhikkhu Majjhantika ke Khasmira (Kashmir) dan Gandhara.
b). Bhikkhu Mahadeva ke Mahisamandala (Mysore)
c). Bhikkhu Rakkhita ke Vanavasa (Kamataka)
d). Bhikkhu Dhammarakkhita, orang Yona atau Yunani, ke Aparntaka (Konkan)
e). Bhikkhu Mahadhammarakkhita ke Maharattha (Maharashtra)
f). Bhikkhu Maharakkhita ke Yona (Bactria)
g). Bhikkhu Majjhima ke Himalaya
h). Bhikkhu Sona dan Uttara ke Suvannabhumi (Thailand dan Myanmar)
i). Bhikkhu Mahinda ke Sri Lanka
Dalam konsili ini Sangha terpecah menjadi dua yaitu Theravada (Sthaviravada) dan Mahasanghika. Sementara itu terdapat ahli sejarah yang menyatakan bahwa konsili ini bukanlah konsili umum tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh Staviravada.
4.   Konsili IV
a.   Latar Belakang
Dalam konsili IV terdapat dua versi yaitu Mahasanghika dan Sthaviravadha. Dalam versi Mahasanghika yang disponsori oleh Raja Kaniska I di Vihara Kundalavana, Kurushapura, Jelandhar-Khasmir diprakarsai oleh Bhiksu Parsva dan dipimpin oleh Pasumitra dan Asvaghosa serta dihadiri oleh lima ratus Bhikkhu dan hasilnya adalah menulis komentar Maha Vibhasa-sastra (Thai-Phi-Po-Sa-Lun). Sedangkan dalam versi Sthaviravadha disponsori oleh Raja Vattagamani Abhaya di Aluvihara (Sri Lanka) pada tahun 83 atay 94 SM. Hasilnya adalah Kitab Suci Tipitaka dituliskan di atas daun Lontar dan diletakkan di dalam tiga keranjang. Tujuan pernulisan ini adalah agar semua orang mengetahui kemurnian Dhamma Vinaya yang dipimpin oleh Y.A. Rakhita Maha Thera dan dihadiri oleh 500 Bhikkhu.
b.   Tujuan
Tujuan diadakan konsili ini adalah untuk mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
c.   Hasil Konsili IV
1). Mengulang Tipitaka
2). Menyempurnakan komentar Tipitaka
3). Menuliskan Tipitaka dan komentarnya di atas daun lontar
2.3   Makna Penegakkan Dhamma dan Vinaya dalam Usaha Pelestarian dan Pelaksanaan Buddha Dharma
Dhamma dan Vinaya merupakan ujung tombak yang tidak dapat dipisahkan dalam perlestarian Buddha Dharma. Kedua hal ini sangat penting sekali dalam Buddha Dharma. Dharma merupakan ajara-ajaran yang berguna dalam kehidupan kita sedangkan vinaya merupakan aturan-aturan yang berguna untuk mengatur perilaku bhikkhu supaya tidak melenceng dari dhamma. Dhamma dan Vinaya saling berhubungan satu sama lain. Kedua hal ini tidak bisa saling dipisahkan. Tanpa Vinaya, Dhamma tidak akan bisa dilestarikan dengan baik karena banyaknya Bhikkhu yang perbuatannya melencenga dari aturan. Sedangkan tanpa Dharma, Vinaya juga tidak akan ada artinya karena tidak ada patokan untuk menjalankan Vinaya tersebut.
Jadi secara garis besar bisa dikatakan bahwa Dharma dan Vinaya merupakan penentu dalam keberhasilan Buddha Dharma. Tanpa Dharma dan Vinaya, Buddha Dharma tidak akan bertahan lama dan akan hilang.











BAB III
PENUTUP
2.4   Kesimpulan
Kemunculan seorang Buddha merupakan hal yang sangat langka dalam kehidupan ini. Begitu juga dengan kemunculan Buddha Gautama menjadi fenomenal di seluruh penjuru dunia bahkan di seluruh alam Dewa dan Brahma. Tetapi setelah Sang Buddha Parinibbana banyak terjadi perselisihan yang mengancam keutuhan Dhamma dan Vinaya.
Dalam perkembangannya dalam agama Buddha pasti terdapat masalah-masalah yang mengancam kelestarian Buddha Dharma, untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah dalam pelestarian Buddha Dharma. Salah satu langkah yang perlu diambil adalah pelaksanaan Vinaya secara ketat oleh para bhikkhu serta mengindari pelanggaran terhadap Pancasila Buddhis oleh umat perumah tangga.
Waktu Sang Buddha masih hidup terjadi perkembangan yang sangat pesat terhadap agama Buddha. Bukan hanya itu, setelah Sang Buddha parinibbana pun banyak terjadi perkembangan maupun perubahan dalam agama Buddha itu sendiri. Salah satunya yaitu diadakannya konsili-konsili untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada yang bertujuan supaya Buddha dan Dharma tetap terjaga kelestariannya.
2.5   Saran
Setelah pembaca membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih mengetahui sejarah perkembangan agama Buddha semasa Sang Buddha masih hidup atau setelah Parinibbana sehingga apabila sudah mengetahui diharapkan dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pelestarian Buddha Dharma.












DAFTAR PUSTAKA
Sulani Puji. 2010/2011. "Naskah Totorial Mata Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Buddha Dunia I ( Program Study Dharmacariya )”
Warsana. 2009. POKOK-POKOK DASAR AJARAN BUDDHA. Jakarta: CV. YANWREKO WAHANA KARYA
http://tanhadi.blogspot.com/2012/10/peran-bhikkhu-sangha-dalam-meningkatkan.html. Diakses tanggal 02 Februari 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_waktu_agama. Diakses tanggal 02 Februari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar