Kamis, 11 April 2013

KUKKURAVATIKA SUTTA


KUKKURAVATIKA SUTTA
(Pertapa Tugas-Ajing dan Pertapa Tugas-Ternak)
Sumber            :Sutta Pitaka, Majjhima Nikaya III, Majjhima Pannasa Pali, Gahapati  Vagga Kukkuravatika Sutta57
Oleh                            : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit           : Hanuman Sakti, Jakarta, 199
Nekhepa          : Sutta ini di babarkan karena dan pertanyaan, dari punna seorang pertapa telanjang yang bertingkah laku seperti sapi dan seniya seorang pertapa telanjang yang bertingkah laku seperti ajing.
Niddana          : Dibabarkanoleh Sang Buddha. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di negeri Koliya, di sebuah kota Koliya yang bernama Haliddavasana.


      Di dalam Sutta ini Berisi tentang seorang petapa tugas ternak (sapi) yang bernama Punna putra dari suku Koliya, dan Seniya, si petapa tugas telanjang tugas anjing yang melakukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, dia makan-makananya bila makanan itu dilemparkan ke tanah. Kemudian seorang petapa yang berkelakuan seperti sapi, bernama Punna Koliyaputta, seorang petapa telanjang yang berkelakuan seperti anjing, bernama Seniya, menemui Sang Bhagava. Punna Koliyaputta memberi hormat kepada Sang Bhagava, lalu duduk di tempat yang tersedia. Sementara itu Seniya petapa telanjang berkebiasaan seperti anjing bertukar salam dengan Sang Bhagava, dan setelah perkataan ramah dan sopan selesai, mereka duduk bersimpuh seperti anjing. Kemudian Punna bertanya kepada Sang Bhagava: “Bhante, Seniya, petapa telanjang yang bertingkah laku mirip anjing melakukan hal yang sulit untuk dilakukan; ia hanya makan makanan yang dilempar ke tanah. Kebiasaan seperti anjing ini telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah ia dalam kelahirannya kembali di alam Samsara?”
“Kemudian Sang Bhagava menjawab: Punna, cukup demikianlah. Jangan menanyakan hal itu kepada Saya.”
Untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya Punna petapa yang bertingkah laku seperti sapi bertanya kepada Sang Bhagava : “Bhante, Seniya, petapa telanjang yang bertingkah laku mirip anjing melakukan hal yang sulit untuk dilakukan, ia hanya makan makanan yang dilempar ke tanah. Kebiasaan seperti anjing ini telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah ia dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
“Baiklah, karena Saya tentu saja tidak dapat memaksamu ketika Saya katakan cukup: ‘Punna, cukup demikianlah. Jangan tanyakan hal itu kepada Saya,’ maka saya akan menjawab pertanyaanmu.”
1.         Punna, dalam hal ini seseorang mengembangkan tugas-tugas seperti anjing secara penuh dan tidak terputus(tekun). Ia mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti anjing penuh dan tidak terputus, ia mengembangkan tingkah laku seperti anjing dengan penuh dan tidak terputus. ia mengembangkan pikiran seperti anjing dengan penuh dan tidak terputus. Setelah ia melakukan hal itu, pada saat kehancuran badan jasmaninya, setelah kematiannya, ia terlahir di dalam kumpulan anjing. Namun apabila pandangannya seperti: “Dengan melakukan peraturan, kebiasaan, pertapaan atau kehidupan luhur begini saya akan menjadi dewa agung atau dewa rendah’ hal ini adalah pandangan salahnya. Sekarang ada dua kemungkinan masa depan bagi orang yang berpandangan salah seperti itu, yaitu neraka atau lahir sebagai binatang. Oleh karena itu Punna, apabila kebiasaan seperti anjing itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, hal ini akan membawanya ke dalam kumpulan anjing-anjing; apabila tidak sungguh-sungguh dilakukannya, akan terakhir kembali di neraka.”
2.         Ketika hal ini telah dikatakan, Seniya, petapa telanjang yang berkebiasaan seperti anjing meratap dan menangis. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Punna Koliyaputta, petapa yang berkebiasaan seperti sapi: “Punna, saya tidak dapat memaksamu ketika saya mengatakan “Cukup Punna, demikianlah. Jangan bertanya hal itu kepada Saya. ”
“Bhante, saya tidak menangis karena Sang Bhagava telah berkata begitu. Kebiasaan seperti anjing ini telah lama saya lakukan dan praktekkan. Bhante, inilah, Punna Koliyaputta, petapa yang berkebiasaan seperti sapi: kebiasaan itu telah lama dilakukan dan dipraktekkannya, akan jadi apakah masa depannya nanti? Akan jadi apakah dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”

“Cukup, Seniya, demikianlah. Jangan menanyakan hal itu kepada Saya.”
Untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya, Seniya, petapa yang berkebiasaan seperti anjing bertanya kepada Sang Bhagava: “Bhante, inilah Punna Koliyaputta petapa yang berkebiasaan seperti sapi: kebiasaan seperti itu telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
“Baiklah, Seniya, karena Saya tidak dapat memaksamu ketika Saya mengatakan: “Cukup, Seniya, demikian. Jangan menanyakan hal itu kepada Saya,” oleh karena itu Saya akan menjawab pertanyaanmu.”
3.         Seniya, dalam hal ini, seseorang mengembangkan tugas-tugas seperti sapi secara penuh dan tidak terputus (tekun), ia mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti sapi secara penuh dan tidak terputus. Ia mengembangkan tingkah laku seperti sapi dengan penuh dan tidak terputus. Setelah ia melakukan hal itu, pada saat kehancuran badan jasmaninya, setelah kematiannya, ia terlahir di dalam kumpulan sapi. Namun apabila pandangannya seperti: “Dengan melakukan peraturan, kebiasaan, pertapaan, kehidupan luhur begini saya akan menjadi dewa agung atau dewa rendah,’ hal ini adalah pandangan salahnya. Sekarang terdapat dua kemungkinan masa depan bagi orang yang berpandangan salah seperti, yaitu neraka atau terlahir sebagai binatang. Oleh karena itu, Seniya, apabila kebiasaannya yang seperti sapi itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, hal ini akan membawanya ke dalam kumpulan para sapi; apabila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, akan membawanya ke neraka.”
4.         Ketika hal ini telah dikatakan. Punna, petapa telanjang yang berkebiasaan seperti sapi meratap dan menangis. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Seniya, petapa yang berkebiasaan seperti anjing: “Seniya, saya tidak dapat memaksamu ketika saya mengatakan “Cukup, Seniya, demikianlah. Jangan bertanya hal itu kepada saya. ”
“Bhante, saya tidak meratap bahwa Sang Bhagava telah mengatakan demikian. Kebiasaan seperti sapi ini telah lama saya lakukan dan praktekkan. Bhante, saya telah berkeyakinan terhadap Sang Bhagava demikian: Sang Bhagava adalah dapat mengajarkan Dhamma kepadaku dengan cara tertentu sehingga saya dapat meninggalkan kebiasaan seperti sapi ini dan Seniya petapa telanjang yang berkelakuan seperti anjing dapat meninggalkan kelakuannya seperti anjing itu.”
“Punna, selanjutnya dengarkanlah dan perhatikanlah dengan sungguh-sungguh apa yang akan saya katakan.”
“Baiklah, Bhante,” jawabnya.
Sang Buddha menjelaskan kepada dua orang pertapa telajang yang bernama Punna dan Seniya. Sang Buddha menjelaskan dalam sutta ini tentang 4 jenis tindakan dan 4 jenis akibat yang dihasilkan yang dilakukan suatu makhluk. Adapun 4 jenis perbuatan dan 4 jenis akibatnya sebagai berikut :
1.        Perbuatan hitam menuju hasil yang hitam
Perbuatan hitam menuju hasil yang hitam yaitu ketika seseorang melakukan perbuatan dengan pandangan salah maka hasil yang di dapatkannya adalah penderitaan. Seperti halnya yang di lakukan petapaSeniya yang melakukan pertapaan ajing. Semua perbuatan yang dia lakukan seperti anjing. Ia terus menerus mengembangkan pikiran-anjing secara penuh dan tidak terputus. Ketika tubuhnya hancur, setelah kematian, dia akan telahir di kelompok anjing.
Jika ia memili pandangan “dengan moralitas atau pengendaalian atau pertapaan atau hidup suci ini, aku akan menjadi dewa (besar) atau dewa (kecil), maka dia memiliki pandangan salah. Hal ini dapat menyebabkan ia akan terlahir di alam neraka atau sebagai binatang (anjing). Jika tugas yang dilakukan pertapaSeniya berhasil, hal itu akan membawanya pada kelompok anjing dan jika gagal hal itu akan membawanya ke alam neraka.
Pertapa Punna yang melakukan pertapaan telanjang tugas-ternak (sapi) juga akan mendapatkan hal yang sama seperti yang didapatkan oleh pertapa Seniya yang melakukan petapa telanjang tugas-anjing. Jika ia melakukannya terus menerus tanpa terputus sampai penuh. Setelah melakukan hal itu, pada waktu tubuhnya hancur, setelah kematian, dia akan terlahir di kelompok ternak (sapi). Tetapi jika memiliki pandangan seperti ini, “dengan moralitas atau pengendalian atau petapaan atau kehidupan suci ini, aku akan menjadi dewa (besar) atau dewa (kecil).” Maka ada dua tempat tujuan untuk orang yang memiliki pandangan salah yaitu neraka atau alam binatang (sapi). Jika Punna pertapatugas-ternak (sapi) berhasil maka dia akan terlahir di kelompok ternak (sapi). Tetapi jika gagal dia akan terlahir di alam neraka.
Perbuatan yang hitam akan membawa seseorang menerima hasil hitam juga. Ketika melakukan perbuatan buruk, maka kita akan mendapatkan buahnya (karma buruk). Setiap orang mewarisi perbuatannya sendiri dan menerima hasil perbuatannya sendiri.
2.        Perbuatan yang putih menuju yang putih
Seseorang yang membangkitkan bentukan tubuh tidak yang menyebabkan penderitaan. Maksudnya ketika seseorang mengendalikan perbuatan yang di lakukan oleh badan jasmani, agar tidak melakukan perbuatan yang salah (melanggar sila), dan melakukan perbuatan badan jasmani dengan benar, contohnya berdana menolong orang lain. Maka ia akan mendapatkan kebahagiaan (buah karma baik). Ketika tubuhnya hancur maka dia akan terlahir di alam yang menyenangkan tidak di alam menderita (Apaya-Bhumi).
Seseorang yang membangkitkan bentuk ucapan yang tidak menyebabkan penderitaan. Maksudnya seseorang ketika menjaga ucapan serta mengucapkan apa yang benar, bermanfaat, di kehendaki. Maka orang itu akan mendapatkan kebahagian contohnya di percayai banyak orang. Setelah tubuhnya hancur dia akan terlahir di alam yang menyenangkan dan tidak terlahir di alam menderita (Apaya-Bhumi).  “Setelah dia muncul kembali di dunia yang menyengkan, dan kekotoran-ketoran yang tidak menyebabkan penderitaan pun menyentuhnya. Kerena di sentuh oleh kekotoran-kekotoran yang tidak menyebkan penderitaan, dia merasa sangat menyenangkan, sebagai mana halnya pada para dewa-dewa”. Maksudnya kekotran-kekotoran yang tidak menimbulkan penderitaan, adalah keinginan yang tidak merugikan diri sendiri maupun makhluk lain contoh keinginan menikmati istana yang megah menikmati apa yang bisa iya ciptakan sendiri dan menggunakannya contohnya para makhluk yang berdiam di Sugati Bhumi.
Makhluk akan terlahir di alam Sugati di tentukan olah perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika makhluk itu perbuatannya baik, sehingga karma baiknya banyak maka makhluk itu akan terlahir di alam yang menyenangkan. Karena makhluk adalah pemilik dan pewaris karmanya sendiri.
3.        Perbuatan yang sekaligus hitam dan putih menuju hasil yang sekaligus hitam dan putih.
Seseorang yang membangkitkan atau melakukan perbuatan dengan tubuhnya yang menyebabkan penderitaan dan tidak menyebabkan penderitaan,perbuatan yang dilakukan oleh tubuh yang buruk dan yang baik akan menghasilakan karma buruk dan baik. Contonya ketika seseorang memotong ayam dan memasaknya setelah itu ia memberikan masakkan itu kepada pengemis maka ia akan mendapatkan akaram buruk dan baik. Karama buruknya adalah ketika ia membunuh ayam itu dan karma baikanya ketika ia memberikan masakan itu kepada pengemis.
Bentuk ucapan yang sekaligus menyebabkan penderitaan dan tidak menyebabkan penderitaan. Maksunya ketika perbuatan yang dilakukan itu buruk dan baik maka ia akan mendapatkan karma buruk dan karma baik. Contohnya ketika seseorang mengucapkan kata-kata kasar yang menyakiti tetapi kata-kata itu benar dan bermanfaat, maka ia akan mendapatkan buah karma buruk dan baik. Karma buruk didapat karena ia telah mengucapkan kata-kata yang menyakiti seseorang, tetapi ia juga mendapatkan buah karma baik kerena telah mengatakan hal yang benar dan bermanfaat.
Begitu juga dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh indra yang lain ketika perbuatan itu buruk dan baik maka akan berakibat buruk dan baik. Seperti kisah Angunimala yang telah melakukan perbuatan buruk dan juga perbuatan baik. Ia juga mendapatkan hasil dari perbuatan buruk dan baik. Ketika ia pergi berpindapata ke tempat dimana ia dulu melakukan pembunuhan yang sadis ia dilempari batu oleh penduduk sehingga kempalanya mengeluarkan darah. Tetapi ketika ia bertekat untuk tidak melakukan perbuatan buruk lagi serta akan melakukan perbuatan baik. Disaat itu juga iya menolong dengan tekatnya seorang ibu yang akan melahirkan dengan tekat baiknya ia akhirnya mendapatkan kebahagian tertinggi yaitu nibbana serta ketika ia masih hidup sebagai bhikkhu ia di hormati.
Demikian yang telah dikatakan Sang buddha, kelahiran suatu makhluk ditetukan oleh perbuatan makhluk itu. Hasil yang dididapakan oleh makhluk itu karma buruk dan baik di tentuka perbuatan yang di lakukan buruk dan baik itu. Demikianlah yang telah dikatakan oleh sang buddha setiap makhluk adalah pemilik dan pewaris karmanya sendiri.
4.        Perbuatan yang bukan hitam maupun putih menuju hasil yang bukan hitam maupun putih.
Disini, niat untuk meninggalkan jenis tindakan yang gelap dengan hasil yang gelap, dan niat untuk meninggalkan jenis tindakan yang terang dengan hasil yang terang, niat untuk meninggalkan jenis yang gelap dan terang, dengan hasil yang gelap dan terang, hal ini yang di namakan tindakan yang bukan gelap pun bukan terang dengan hasil yang bukan gelap-pun-bukan terang.
Tingakan yang buakan gelap pun bukan terang adalah tindakan yang dilakukan oleh Arahat. Seperti ketika seorang Arahat membaca buku, membersihkan Vihara. Dari tindakan yang dilakukan oleh Arahat, tidak memberi efek atau buah karma bagi dirinya di kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Dalam artian semua perbuatan yang di lakukan oleh seorang Arahat tidak lagi memiliki potensi karma apapun yang dapat membangkitkan kehidupan baru atau menimbulkan akibat bahkan dalam kehidupan yang sekarang, karena Arahat sudah terbebas dari lingkaran kelahiran.
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar