KSITIGARBHA BODHISATTVA
(TI CHANG WANG PHU SA)
Ksitigarbha dalam
bahasa Sansekerta (क्षितिगर्भ Kṣitigarbha) dikenal dalam Buddhisme di Asia Timur
sebagai
seorang Bodhisattva Mahasattva,
biasanya merupakan seorang Bhikkhu. Namanya dapat
diartikan sebagai "Bendahara Bumi", "Simpanan Bumi", atau
"Rahim Bumi." Ksitigarbha terkenal dengan sumpahnya
guna mengambil alih tanggung jawab atas perintah kepada seluruh mahluk di enam
dunia, pada masa antara kematian Buddha Gautama (Shakyamuni)
dan kebangkitan Buddha Maitreya, juga akan
sumpahnya untuk tidak mencapai pencerahan hingga seluruh neraka menjadi
kosong. Oleh karena itu ia seringkali dianggap sebagai Bodhisattva akan
mahluk-mahluk neraka. Biasanya ia digambarkan sebagai seorang bhikkhu
dengan lingkaran cahaya mengelilingi kepalanya yang
tercukur bersih, ia membawa tongkat untuk membuka paksa gerbang neraka danpermata pengabul permohonan untuk
menerangi kegelapan.
Pada saat itu, Sang Buddha mengangkat tangan emas-Nya dan
menyentuh kepala Ksitigarbha Bodhisattva seraya bersabda:
“Yang Arya
Ksitigarbha, Prabhavamu tak terkatakan. Welas asihmu tak terperikan, kebijakkanmu
tak terlukiskan dan Pratibanamu tak tertandingi. Para Buddhadi sepuluh penjuru
dunia semuanya memuji dan menyanjung dewa kebajikan yang kau miliki tiada
taranya sekalipun menceritakannya hingga jutaan kalpa, tak akan kunjung habis.”
“Yang
Arya Ksitigarbha, Ksitigarbha! Camkanlah, bahwa aku hari ini berada di istana
Trayastrimsa, dalam pertemuan agung antara ratusan ribu koti Buddha,
Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, kedelapan kelompok makhluk, untuk kesekian
kalinya aku menyampaikan pesan kepada Engkau, bahwa para Dewa, manusia serta
makhluk lainnya yang belum terbebaskan dari Triloka, agar mereka tidak
terjerumus ke dalam alam kesengsaraan barang satu hari satu malam juga, apa
lagi terjerumus ke dalam Neraka Pancanantarya atau Avici yang membuat mereka
menderita ribuan juta kalpa dan takkan dapat membebaskan diri selamanya.”
“Yang Arya Ksitigarbha, umat Jambudvipa sifat tabiatnya dan
kemauannya tidak menentu, wataknya lebih mudah mengarah kepada
keburukan-keburukan. Sekalipun mereka telah menyatakan keinginan baiknya, tak
lama kemudian mereka berubah. Tapi jika mereka bertemu dengan
keburukan-keburukan, hal itu akan cepat berkembang menjadi subur. Oleh karena
itu aku menjelmakan diriku menjadi ratusan ribu koti banyaknya dan menuruti kodrat
mereka masing-masing, lalu membebaskan mereka dari kesengsaraan.”
“Yang Arya Ksitigarbha, hari ini aku dengan kesungguhan hati
menyampaikan pesan kepada engkau, jika pada masa yang akan datang terdapat
Dewa, manusia serta putra-putri yang berbudi menanamkan kebaikan dalam Buddha
Dharma sedikit saja, seperti seujung rambut, sebutir debu, sebutir pasir, dan
setetes air, maka lindungilah mereka dengan bodhicitta agar mereka maju terus
di atas jalan Dharma dan pantang mundur.”
“Lagi, Yang Arya Ksitigarbha, pada masa yang akan datang jika
terdapat seorang Dewa atau manusia, karena masanya sudah habis akan menerima
karmanya terjerumus ke dalam alam kesengsaraan, atau ketika akan terjatuh ke
dalam Neraka, tiba tiba teringat akan Buddha, jika umat tersebut dapat menyebut
salah satu nama Buddha atau Bodhisattva atau sebait Gatha sebaris Sutra, maka
umat tersebut harus diselamatkan dengan kesaktianmu dan dengan segala
kemudahan-kemudahan. Nampakkanlah diri Anantayakaya-mu di sisi pintu Neraka
tempat umat tersebut berada dan hancurkan lenyapkan sekali Neraka itu,
selanjutnya upayakan agar umat yang telah sadar itu dilahirkan di Surga untuk menikmati
kebahagiaan sejahtera.”
Ketika itu Sang Buddha mengucapkan Gatha: “Dewa manusia di
masa yang akan datang, Ku serahkan kepada engkau dengan penuh keyakinan,
Selamatkan mereka dengan Daya Maha Prabhava, Sekali-kali jangan ada yang
terjerumus ke salah satu alam kesengsaraan.
Saat itu Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva menghormat dengan
merangkapkan kedua belah tangannya seraya berkata: “Yang Arya Bhagavan
termulia, jangan kuatir akan masalah tersebut. Pada masa yang akan datang jika
terdapat seorang pria atau wanita yang berbudi, asalkan terbit rasa hormat
dalam Buddha Dharma, aku akan menolongnya dengan segala kemudahan-kemudahan
agar umat tersebut terbebaskan dari lautan dukkha mencapai pantai bahagia.
Apalagi jika mereka itu telah banyak mengetahui kebaikan-kebaikan dan selalu melaksanakannya
dalam peribadatannya. Sudah pasti mereka akan mencapai Anuttara Samyak Sambodhi
dan pantang mundur.”
Ketika Ksitigarbha Bodhisattva berkata demikian, tiba-tbia
seorang Bodhisattva bernama Akasagarbha bangkit dari tempat duduknya lalu
bersujud kepada Sang Buddha sambil berkata: “Yang Arya Bhagavan yang termulia,
sejak aku berada di istana Trayastrimsa ini mendengarkan Sang Bhagavan memuji
dan menyanjung kesaktian Ksitigarbha Bodhisattva yang amat menakjubkan itu
sungguh tak terperikan. Jika pada masa yang akan datang terdapat seorang pria
atau wanita serta Dewa, Naga mendengar akan Sutra ini dan nama Ksitigarbha,
lalu memberi hormat kepada bodhirupangnya dengan mengadakan puja bhakti. Dengan
demikian berapa banyak manfaat yang akan diperoleh? Mohon Sang Bhagavan sudi
menguraikan kepada kami sekalian serta para umat yang berada di di masa
sekarang dan yang akan datang.”
Sang Buddha bersabda kepada Akasagarbha Bodhisattva:
“Dengarlah baik-baik, Yang Arya Akasagarbha, akan kuuraikan satu persatu kepada
kamu sekalian. Pada masa yang akan datang, jika terdapat seorang pria atau
wanita yang berbudi, melihat gambar Ksitigarbha Bodhisattva dan mendengar sutra
ini lalu memuja Beliau dengan dupa, bunga, makanan, minuman, jubah permata dan
sebagainya. Atau menghormati Beliau dengan memuji jasa-jasaNya dan memuliakan
namaNya.
Maka putra-putri yang berbudi tersebut akan memperoleh 28
macam manfaat sebagai berikut:
1. Selalu dilindungi Dewa,
Naga, 8 asta Gatya, selamat sentosa.
2. Jasa-jasa dan kebajikan
makin bertambah.
3. Terkumpulkan benih
kebaikan dari Buddha Dharma.
4. Tidak mundur dari jalan
Anuttara Samyak Sambodhi.
5. Cukup sandang pangan.
6. Terhindar dari segala
musibah dan wabah penyakit
7. Terhindar dari banjir
dan kebakaran.
8. Terbebas dari pencurian
dan perampokan.
9. Selalu disegani orang.
10. Selalu mendapat
dukungan dan bantuan dari para makhluk suci.
11.
Yang wanita akan dapat menjadi pria pada kehidupan yang akan datang.
12.
Dapat dilahirkan sebagai putri raja atau bangsawan.
13. Mendapatkan paras muka
yang cantik elok disukai orang dimana-mana.
14. Selalu dapat kesempatan
dilahirkan dialam surge.
15. Akan lahir sebagai raja
atau kepala negara.
16. Dapat mengetahui
kehidupan di masa yang silam.
17. Cita citanya selalu
terkabul.
18. Keluarganya selalu
tentram dan bahagia.
19. Semua malapetaka lenyap.
20.
Terhindar dari 3 jalur kesengsaraan.
21. jalan bebas hambatan.
22. Mimpinya selalu indah.
23. Leluhurnya ikut
terbebas dari belenggu penderitaan.
24. Jika leluhurnya pernah
menanam kebaikan, dapat membantunya lahir di surge.
25. Mendapat pujian para
suciwan.
26. Cerdas tangkas, cekatan
dan tajam pikirannya.
27. Memiliki jiwa yang
welas asih.
28.
Akhirnya akan mencapai ke-Buddha-an.
Sang Buddha
melanjutkan sabdanya: “Lagi, Yang Arya Akasagarbha, apabila para Dewa, Naga,
Malaikat bumi, Malaikat Surga. Para Raja setan, dan pengikutnya, baik yang
berada di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, setelah mendengar nama
Ksitigarbha Bodhisattva, lalu mereka memberi hormat kepada bodhirupangnya atau
mereka pernah mendengar kisah suci Beliau, lalu memuji jasa-jasa Beliau serta
menghormatnya dengan tulus iklas, maka mereka akan mendapatkan 7 macam manfaat
sebagai berikut:
1.
Mereka akan cepat meningkat ke alam yang lebih suci.
2.
Karma buruk yang diperbuat di masa yang silam akan lenyap.
3.
Selalu dilindungi oleh para Buddha.
4.
Kesadaran Bodhi yang telah dicapai takkan menyusut.
5.
Kekuatan dan kebajikan makin bertambah.
6. Memiliki daya
pengetahuan di masa silam dan masa yang akan dating.
7.
Kelak akan menjadi Buddha.
Ketika hadirin
yang berada dalam pertemua agung serta jutaan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Dewa,
Naga, Delapan Kelompok makhluk dan umat lainnya mendengar Buddha Sakyamuni
menyanjung dan memuji Ksitigarbha Bodhisattva yang memiliki Maha Prabhava yang
tak terperikan. Mereka serentak berseru: “Adbhuta! Adbhuta! Adbhuta!” (hal itu
belum pernah terjadi).
Ketika itu Surga
Trayastrimsa turun hujan berbagai bunga harum semerbak, jubah surga dan ratna
mutu manikam sebagai persembahan puja kepada Sakyamuni Buddha dan Ksitigarbha
Bodhisattva. Juga sebagai tanda terima kasih yang mendalam atas jasa-jasa Sang
Buddha yang telah memberikan khotbah yang tiada ternilai dan penghormatan yang
setinggi-tingginya kepada Ksatria Sejati Ksitigarbha Bodhisattva.
Kemudian para hadirin
bersama-sama memberi hormat kepada Sang Buddha dengan mengatupkan kedua
tangannya lalu pergi.
"Om Pramanidhani Svaha."
"Om Pramanidhani Svaha."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar