Satta Suriya Sutta
VS
Astronomi
Pada jaman dengan kemajuan teknologi dewasa ini ada
pandangan umum yang berkembang di masyarakat mengenai hubungan antara agama dan
ilmu pengetahuan, yaitu bahwa mereka tidak sejalan. Pendapat ini mungkin belum
tentu benar berdasarkan bukti-bukti yang ada, sebagian bukti yang ada bahkan
mendukung pendapat sebaliknya, yaitu agama mungkin sejalan dengan ilmu
pengetahuan. Salah satu aspek yang relevan adalah konsep mengenai kiamat.
Menurut pandangan Buddhis seperti yang terdapat dalam Satta Suriya Sutta dari
Anguttara Nikaya, ada fenomena yang nampak sejalan dengan gejala yang terdapat
pada pengamatan langsung oleh para ahli Astronomi.
Seperti apakah kemungkinan kedekatan astronomi dengan
Buddhisme? Kadang kita mendengar tentang kiamat yang diramalkan akan terjadi
dalam waktu dekat, karena kurang kritis maka orang-orang yang mudah percaya
dapat dimanipulir oleh spekulasi, bahwa kiamat akan terjadi beberapa tahun
lagi, sehingga orang-orang ini menjadi panik dan apatis, lalu menjual harta
benda mereka dan melakukan hal-hal yang tak akan mereka lakukan dalam keadaan
normal, seperti yang terjadi di Korea beberapa tahun yang lalu, Filipina dan
terakhir di Bandung.
Bila kita mengamati peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi yang disebabkan oleh ketakutan bahwa kiamat akan segera tiba, sering
timbul pertanyaan, sebenarnya menurut agama Buddha kapan kira-kira kiamat akan
terjadi? Tak ada jawaban yang pasti, hanya dikatakan Dalam Satta suriya sutta,
bahwa nanti apabila umur rata-rata manusia terus merosot menjadi sepuluh tahun,
kemudian naik kembali sampai umur manusia rata-rata tidak terhitung dan
kemudian turun lagi, entah jutaan atau milyaran tahun lagi. Maka pada akhir
masa dunia (kehancuran bumi) muncullah suatu masa dimana hujan tak pemah lagi
turun, setelah lama berlalu demikian, maka muncullah matahari kedua, pada
kemunculan matahari kedua maka tak dapat dibedakan antara siang dan malam, bumi
merasakan terik matahari tanpa henti.
Berdasarkan ramalan munculnya matahari kedua menurut
Satta Suriya Sutta, maka kita mengharapkan dapat menjumpai ada dua matahari
yang saling mengorbit satu sama lain dalam satu sistim tata-surya di Galaksi
Bimasakti atau di Galaksi lain.
Di dalam ilmu astronomi, matahari dan tatasurya lain yang nampak dari bumi juga disebut bintang (bintang adalah benda bercahaya di angkasa selain bulan dan matahari) bumi, matahari kita dan planet-planet yang lain disebut satu tata surya. Sekelompok besar matahari yang berjumlah sangat banyak, disebut Galaksi, dan tempat gugus kelompok matahari dimana kita berada disebut galaksi Bimasakti (Milky way).
Di dalam ilmu astronomi, matahari dan tatasurya lain yang nampak dari bumi juga disebut bintang (bintang adalah benda bercahaya di angkasa selain bulan dan matahari) bumi, matahari kita dan planet-planet yang lain disebut satu tata surya. Sekelompok besar matahari yang berjumlah sangat banyak, disebut Galaksi, dan tempat gugus kelompok matahari dimana kita berada disebut galaksi Bimasakti (Milky way).
Menurut dugaan galaksi Bimasakti berbentuk seperti cakram
(spiral) dan tata surya kita kira-kira berada pada jarak tiga perempat radius
dari pusat galaksi (disebut dugaan karena tidak pernah ada foto galaksi
Bimasakti dalam bentuk spiral yang sesungguhnya, foto galaksi Bimasakti yang
ada di buku-buku Astronomi sebenarnya adalah foto galaksi lain yang mirip
dengan galaksi Bimasakti).
Ternyata menurut data hasil pengamatan ahli Astronomi ada
suatu sistem bintang yang disebut Sistem Bintang Binary (Biner), yaitu sistem
bintang yang terdiri dari dua matahari atau lebih yang saling mengorbit.
Ada
beberapa macam bintang Biner yaitu,