Minggu, 11 Januari 2015

Sadaparibhuta

Bab 20
Sadaparibhuta

Pada saat itu Sang Buddha menyapa Bodhisatva Mahasatva Mahastamaprapta (Maha
Berkuasa), seraya berkata: “Jika seseorang mencerca bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang menjunjungi Sutra Teratai, mengutuk ataupun mencemarkannya, maka akan ditanggungnya hukuman yang seperti dituturkan sebelumnya (Di bab 03). Telah Aku jelaskan pula sebelumnya (Di bab 19) tentang kesempurnaan 6 indera yang diperoleh penjunjung Sutra Teratai.
                “Wahai Mahastamaprapta! Dahulu silam, asamkhyeya kalpa yang tak terbatas, tak terhingga dan tak terhitung lamanya, terdapat Buddha yang bergelar Bhismagargitasuararaga (Raja Suara Mengagumkan) 1.Tathagata 2.Patut Dipuja 3.Bijaksana 4.Sempurna 5.Bebas 6.Pemaham 7.Termulia 8.Pembina 9.Sang Guru 10. Buddha Yang Maha Agung. Kalpanya disebut Vinirbhoga (Tiada Surut) dan alamnya disebut Mahasambhava (Prestasi Agung).
                “Pada saat itu Buddha Bhismagargitasuararaga menceramahkan Dharma kepada para dewata, manusia dan asura. Bagi mereka yang menghendaki Kendaraan Sravaka, Beliau menguraikan Dharma ke 4 Kesunyataan Mulia. Bagi mereka yang menghendaki Kendaraan Pratyekabuddha, Beliau menguraikan Dharma 12 Rantai Penyebab. Bagi para Bodhisatva yang menghendaki Kendaraan Buddha, Beliau menguraikan Dharma ke 6 Paramita, menyebabkan mereka mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi.
                “Wahai Mahastamaprapta! Jangka panjang usia Buddha Bhismagargitasuararaga ialah banyak kalpa yang jumlahnya bagaikan pasir-pasir di 400 ribu koti nayuta sungai Gangga. Dharma Benarnya bergema di dunia sebanyak kalpa yang jumlahnya bagaikan debu-debu diseluruh Jambudvipa (Dunia Saha ini). Sedang Dharma Semunya bertahan di dunia sebanyak kalpa yang jumlahnya bagaikan debu-debu di 4 benua. Sesudah menguntungkan para mahluk, kemudian mokshalah Beliau (Para Buddha hanya dapat menyelamatkan mahluk-mahluk yang berjodoh denganNya).
                “Ketika Dharma Benar dan Dharma Semunya berakhir, didunia muncullah Buddha yang juga bergelar Bhismagargitasuararaga 1.Tathagata 2.Patut Dipuja 3.Bijaksana 4.Sempurna 5.Bebas 6.Pemaham 7.Termulia 8.Pembina 9.Sang Guru 10.Buddha Yang Maha Agung. Demikianlah berturut-turut muncul 20 ribu koti para Buddha. Semuanya memiliki gelar yang serupa.
                “Sesudah kemokshaan Buddha Bhismagargitasuararaga yang pertama dan setelah Dharma Benarnya berakhir, didalam masa Dharma Semunya, terdapat bhiksu-bhiksu angkuh yang maha berkuasa. Pada saat itu terdapat seorang bhiksu bernama Sadaparibhuta (Tiada Meremehkan). Mengapakah ia dijuluki Sadaparibhuta? Karena ia menyanjung siapapun yang ditemuinya, baik bhiksu, bhiksuni, upasaka maupun upasika. Senantiasa ia menundukkan kepalanya kepada mereka dengan hormat, seraya berkata: ‘Saya menghormatimu. Saya tiada pernah berani meremehkanmu karena kalian melaksanakan Jalan KeBodhisatvaan dan kelak mencapai KeBuddhaan.’
                “Bhiksu Sadaparibhuta tidak mencurahkan diri untuk membaca dan menghafalkan Sutra, tetapi senantiasa ia menundukkan kepalanya kepada siapapun yang ditemuinya (Seperti halnya di Jepang). Bilamana ia melihat ke 4 golongan dari kejauhan, maka segera ia menghampirinya, lalu bersujud kepadanya seraya berkata: ‘Saya tiada pernah berani merendahkanmu karena kalian kelak mencapai KeBuddhaan.’

                “Diantara ke 4 golongan pengikut, adapun mereka yang menjadi kesal karena kekotoran batinnya (Ia yang berbatin suci tidak akan pernah kesal maupun mencari kesalahan orang lain), sehingga mereka mencerca dan mengutuknya, seraya berkata: ‘Bhiksu bodoh! Berhak apakah ia memberi kita ramalan KeBuddhaan? Kita tidak perlu mendengarkan reramalan demikian!’
                “Demikianlah ia terus-menerus dicaci dan dimaki hingga bertahun-tahun. Namun ia tidak pernah marah dan tetap saja berkata kepada mereka: ‘Kalian kelak mencapai KeBuddhaan.’ (Sadaparibhuta berkehendak untuk menyelamatkan mereka). Mendengarnya berkata demikian, beberapa diantaranya memukulinya dengan pentung, tongkat dan kreweng, serta melempar batu padanya. Namun demikian, ia lari dikejauhan seraya meneriakkan: ‘Saya tiada pernah berani meremehkanmu karena kalian kelak mencapai KeBuddhaan.’ Oleh karenanya, para bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika menjulukinya sebagai Sadaparibhuta (Tiada Meremehkan).
                “Ketika bhiksu ini mendekati ajalnya, ia mendengar dari langit 20 ribuan, puluhan ribu koti syair Sutra Teratai yang diceramahkan oleh Buddha Bhismagargitasuararaga, dan ia dapat menerima dan menjunjungi keseluruhannya. Seketika itu, ia memperoleh kesempurnaan 6 indera seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Di bab 19), sehingga usianya terperpanjangkan selama 200 puluhan ribu koti nayuta tahun, dimasa mana ia senantiasa menceramahkan Sutra Teratai ini secara meluas kepada para umat.
                “Ke 4 golongan pengikut, yaitu bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang pada semula meremehkannya, ketika menyaksikan kegaiban, kefasihan berceramah dan ketenteraman samadhi yang telah diperoleh Sadaparibhuta, semuanya menjadi yakin dan menjadi pengikutnya!
                “Bohisatva Sadaparibhuta menyelamatkan ribuan, puluhan ribu koti umat, menyebabkan mereka bertekad akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi. Sesudah usianya berakhir, ia menjumpai 2 ribu koti para Buddha yang semuanya bergelar Candrasuryapradipa (Kecemerlangan Mentari Rembulan)  dan ditengah-tengah masa Dharma para Buddha tersebut, ia menceramahkan Sutra Teratai ini. Karena sebab musabab demikian, ia menjumpai lagi 2 ribu koti Buddha yang semuanya bergelar Dundubhisvararaja (Raja Kebebasan Lampu Awan). Ditengah-tengah masa Dharma para Buddha tersebut, ia menerima, menjunjungi, membaca, menghafalkan dan menceramahkan Sutra ini kepada ke 4 golongan pengikut. Oleh karenanya, ia memperoleh kesempurnaan 6 indera. Dihadapan ke 4 golongan pengikut, ia menceramahkan Dharma dengan hati tiada gentar.
                “Wahai Mahastamaprapta! Bodhisatva Mahasatva Sadaparibhuta memuliakan sekian banyak para Buddha, menyanjung, serta memujaNya.  Berkat akar-akar kebajikan demikian, ia menjumpai lagi ribuan puluhan ribu koti para Buddha, dan ditengah-tengah masa Dharma para Buddha tersebut, ia menceramahkan Sutra ini, sehingga memperoleh manfaat-manfaat KeBuddhaan.    
                “Wahai Mahastamaprapta! Bagaimanakah pendapatmu? Orang lainkah Bodhisatva Sadaparibhuta pada saat itu – Ia tidak melainkan Aku sendiri! Jika dikehidupan lampau, Aku tidak menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini serta menceramahkannya kepada para umat, maka Aku tidak akan sedemikian lekas mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi. Tetapi karena dihadapan para Buddha tersebut, Aku menerima, menjunjungi, membaca dan menghafalkan Sutra ini, serta menceramahkannya kepada para umat, maka Aku dengan lekas mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi.
                “Wahai Mahastamaprapta! Ke 4 golongan pengikut yang pada saat itu mencerca dan merendahkanKu, selama 200 koti kalpa tidak berkesempatan menjumpai satu Buddha pun, mendengarkan Dharma maupun menjumpai kelompok bhiksu (Ke 3 Mustika yaitu 1.Buddha 2.Dharma 3.Sangha). Selama 1,000 kalpa, mereka mengalami penderitaan yang amat dialam neraka Avici. Sesudah menebus dosa-dosanya, mereka terlahir lagi dihadapan Bodhisattva Sadaparibhuta, yang membimbing mereka akan pencapaian Anuttara-Samyak-Sambodhi.
                “Wahai Mahastamaprapta! Bagaimanakah pendapatmu? Ke 4 golongan yang pada saat itu mencerca dan memandang remeh Bodhisatva Sadaparibhuta – Tidakkah kalian mengenalnya? Kini mereka hadir ditengah-tengah pesamuan agung ini; Bhadrapala (Ketua Sangha) disertai 500 Bodhisatva pengikutnya. Simhakandra (Rembulan Simba)  disertai 500 bhiksuni pengikutnya. Sugataketana (Renungan Buddha) disertai 500 upasaka pengikutnya. Semuanya tiada akan lagi mundur dari Anuttara-Samyak-Sambodhi!
                “Wahai Mahastamaprapta! Ketahuilah bahwa Sutra Teratai ini dapat memberi manfaat yang melimpah ruah bagi para Bodhisatva Mahasatva, menyebabkan mereka mencapai Anuttara-Samyak-Sambodhi (Seperti yang dijelaskan di bab 17). Maka sesudah kemokshaan Sang Tathagata, sudah sepatutnya Bodhisatva Mahasatva menerima, menjunjungi, membaca, menghafalkan, memaklumi, menceramahkan dan menulis Sutra ini pada setiap saat.”
                Kemudian Yang Maha Agung berkenan memaklumi kembali maksudnya, maka bersabdalah Beliau dengan syair:

                Dahulu silam, terdapat Buddha bergelar
Bhismagargitasuararaga Tathagata, yang memiliki
daya kekuatan maha gaib dan kebijaksanaan agung,
Pemimpin dan Pembimbing segenap mahluk.
Para dewata, manusia, naga, mahluk halus,
bersama-sama memuliakan serta memujanya.
Sesudah kemokshaan Buddha tersebut,
pada akhir masa Dharma Semunya,
terdapat seorang bhiksu bernama Sadaparibhuta.
Ke 4 golongan pengikut pada saat itu
mempelajari serta mentaati ajaran Dharma.
Bhiksu Sadaparibhuta senantiasa menghampiri mereka,
seraya berkata: ‘Aku tiada pernah meremehkanmu,
karena kalian melaksanakan Dharma
dan kelak menjadi Buddha di kemudian hari.’
Ketika mendengar uraian-uraian tersebut,
mereka memaki, mengutuk serta mencercanya.
Namun demikian, bhiksu Sadaparibhuta tabah menahannya.
Ketika tuntas menebus dosa-dosanya,
(Bertabah adalah cara yang lekas untuk menebus dosa)
dan ajalnya pun kian mendekat,
bhiksu Sadaparibhuta mendengar dari langit Dharma Sutra Teratai
sehingga ke 6 inderanya menjadi bersih sempurna.
Berkat daya kekuatan gaibnya, usianya terperpanjangkan.
Demi segenap umat manusia, ia menceramahkan Sutra ini secara meluas.
Orang-orang yang pada saat itu mentaati Dharma,
semuanya dibina oleh Bodhisatva Sadaparibhuta.
Ia menyebabkan mereka mencapai Jalan KeBuddhaan.
Ketika usianya (Sadaparibhuta) berakhir,
ia bertemu dengan para Buddha yang tak terjumlah.
Karena ia menceramahkan Sutra ini,
maka diperolehnya berkah pahala yang tak terbatas.
(Manfaat berkah pahala KeBuddhaan)
Tahap demi tahap ia memperoleh manfaat
dan dengan lekas mencapai KeBuddhaan.
Sadaparibhuta pada saat itu tidak melainkan Aku sendiri.
Ke 4 golongan pengikut yang pada saat itu
mendengar Sadaparibhuta berkata:
‘Kalian kelak menjadi Buddha!’
Berkat sebab musab demikian, masing-masing
menjumpai para Buddha yang tak terjumlah –
Kini mereka hadir pula didalam pesamuan agung ini,
yaitu Bhadrapala dan ke 500 Bodhisatva pengikutnya
dan Ke 4 golongan pengikut dihadapanKu,
yang mendengarkan Dharma dengan penuh keyakinan.
Pada kehidupan lampau, Aku menyebabkan orang-orang ini
untuk mendengarkan dan menerima Sutra terkemuka ini,
membentangkan dan memakluminya kepada umat manusia,
serta menyebabkan mereka mencapai Nirvana.
Oleh karenanya, di kelahiran demi kelahiran mereka
menerima dan menjunjungi Sutra semacam ini.
Berkoti-koti puluhan ribu kalpa, sesudah waktu yang kian lama,
barulah seseorang dapat mendengar Sutra Teratai ini.
Berkoti-koti puluhan ribu kalpa, sesudah waktu yang kian lama,
barulah para Buddha Tathagata menceramahkan Sutra Teratai ini. 
(Sebab para Buddha menceramahkan Dharma sesuai dengan apa yang tepat untuk masa itu)
Oleh karenanya, para umat
sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti,
ketika mendengar Sutra semacam ini,
janganlah ragu maupun bimbang,
tetapi dengan sepenuh hati
ceramahkanlah Sutra ini secara meluas,
kelahiran demi kelahiran menjumpai para Buddha
dan dengan lekas mentuntaskan Jalan KeBuddhaan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar