Sumber :Sutta Pitaka, Majjhima Nikaya III, Majjhima
Pannasa Pali, Gahapati Vagga
Kukkuravatika Sutta57
Oleh : Tim Penterjemah
Kitab Suci Agama Buddha
Penerbit : Hanuman
Sakti, Jakarta, 199
Nekhepa : Sutta ini di
babarkan karena dan pertanyaan, dari punna seorang pertapa telanjang yang
bertingkah laku seperti sapi dan seniya seorang pertapa telanjang yang
bertingkah laku seperti ajing.
Niddana : Dibabarkanoleh Sang Buddha. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam
di negeri Koliya, di sebuah kota Koliya yang bernama Haliddavasana.
Di dalam Sutta ini Berisi
tentang seorang petapa tugas ternak
(sapi) yang bernama Punna putra dari suku Koliya, dan Seniya, si petapa tugas telanjang tugas anjing yang
melakukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, dia makan-makananya bila makanan
itu dilemparkan ke tanah. Kemudian seorang petapa
yang berkelakuan seperti sapi, bernama Punna Koliyaputta, seorang petapa telanjang yang berkelakuan
seperti anjing, bernama Seniya, menemui Sang Bhagava. Punna Koliyaputta memberi
hormat kepada Sang Bhagava, lalu duduk di tempat yang tersedia. Sementara itu
Seniya petapa telanjang berkebiasaan seperti anjing bertukar salam dengan Sang
Bhagava, dan setelah perkataan ramah dan sopan selesai, mereka duduk bersimpuh
seperti anjing. Kemudian Punna bertanya kepada Sang Bhagava: “Bhante, Seniya,
petapa telanjang yang bertingkah laku mirip anjing melakukan hal yang sulit
untuk dilakukan; ia hanya makan makanan yang dilempar ke tanah. Kebiasaan
seperti anjing ini telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah
masa depannya? Akan jadi apakah ia dalam kelahirannya kembali di alam Samsara?”
“Kemudian
Sang Bhagava menjawab: Punna, cukup demikianlah. Jangan menanyakan hal itu
kepada Saya.”
Untuk kedua
kalinya dan untuk ketiga kalinya Punna petapa
yang bertingkah laku seperti sapi bertanya kepada Sang Bhagava : “Bhante,
Seniya, petapa telanjang yang
bertingkah laku mirip anjing melakukan hal yang sulit untuk dilakukan, ia hanya
makan makanan yang dilempar ke tanah. Kebiasaan seperti anjing ini telah lama
dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah
ia dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
“Baiklah, karena Saya tentu saja tidak dapat memaksamu ketika Saya katakan cukup: ‘Punna, cukup demikianlah. Jangan tanyakan hal itu kepada Saya,’ maka saya akan menjawab pertanyaanmu.”
“Baiklah, karena Saya tentu saja tidak dapat memaksamu ketika Saya katakan cukup: ‘Punna, cukup demikianlah. Jangan tanyakan hal itu kepada Saya,’ maka saya akan menjawab pertanyaanmu.”
1.
Punna, dalam hal ini seseorang mengembangkan
tugas-tugas seperti anjing secara penuh dan tidak terputus(tekun). Ia
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti anjing penuh dan tidak terputus, ia
mengembangkan tingkah laku seperti anjing dengan penuh dan tidak terputus. ia
mengembangkan pikiran seperti anjing dengan penuh dan tidak terputus. Setelah
ia melakukan hal itu, pada saat kehancuran badan jasmaninya, setelah
kematiannya, ia terlahir di dalam kumpulan anjing. Namun apabila pandangannya
seperti: “Dengan melakukan peraturan, kebiasaan, pertapaan atau kehidupan luhur
begini saya akan menjadi dewa agung
atau dewa rendah’ hal ini adalah
pandangan salahnya. Sekarang ada dua kemungkinan masa depan bagi orang yang
berpandangan salah seperti itu, yaitu neraka
atau lahir sebagai binatang. Oleh karena itu Punna, apabila kebiasaan seperti
anjing itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, hal ini akan membawanya ke dalam
kumpulan anjing-anjing; apabila tidak sungguh-sungguh dilakukannya, akan
terakhir kembali di neraka.”
2.
Ketika hal ini telah dikatakan, Seniya, petapa
telanjang yang berkebiasaan seperti anjing meratap dan menangis. Kemudian Sang
Bhagava berkata kepada Punna Koliyaputta, petapa
yang berkebiasaan seperti sapi: “Punna, saya tidak dapat memaksamu ketika saya
mengatakan “Cukup Punna, demikianlah. Jangan bertanya hal itu kepada Saya. ”
“Bhante, saya tidak menangis karena
Sang Bhagava telah berkata begitu. Kebiasaan seperti anjing ini telah lama saya
lakukan dan praktekkan. Bhante, inilah, Punna Koliyaputta, petapa yang berkebiasaan seperti sapi: kebiasaan itu telah lama
dilakukan dan dipraktekkannya, akan jadi apakah masa depannya nanti? Akan jadi
apakah dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
“Cukup, Seniya, demikianlah. Jangan
menanyakan hal itu kepada Saya.”
Untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya, Seniya, petapa yang berkebiasaan seperti anjing bertanya kepada Sang Bhagava: “Bhante, inilah Punna Koliyaputta petapa yang berkebiasaan seperti sapi: kebiasaan seperti itu telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
Untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya, Seniya, petapa yang berkebiasaan seperti anjing bertanya kepada Sang Bhagava: “Bhante, inilah Punna Koliyaputta petapa yang berkebiasaan seperti sapi: kebiasaan seperti itu telah lama dilakukan dan dipraktekkannya. Akan jadi apakah masa depannya? Akan jadi apakah dalam kelahirannya kembali di alam samsara?”
“Baiklah, Seniya, karena Saya tidak
dapat memaksamu ketika Saya mengatakan: “Cukup, Seniya, demikian. Jangan menanyakan
hal itu kepada Saya,” oleh karena itu Saya akan menjawab pertanyaanmu.”
3.
Seniya, dalam hal ini, seseorang mengembangkan
tugas-tugas seperti sapi secara penuh dan tidak terputus (tekun), ia
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan seperti sapi secara penuh dan tidak terputus.
Ia mengembangkan tingkah laku seperti sapi dengan penuh dan tidak terputus.
Setelah ia melakukan hal itu, pada saat kehancuran badan jasmaninya, setelah
kematiannya, ia terlahir di dalam kumpulan sapi. Namun apabila pandangannya
seperti: “Dengan melakukan peraturan, kebiasaan, pertapaan, kehidupan luhur
begini saya akan menjadi dewa agung
atau dewa rendah,’ hal ini adalah
pandangan salahnya. Sekarang terdapat dua kemungkinan masa depan bagi orang
yang berpandangan salah seperti, yaitu neraka atau terlahir sebagai binatang.
Oleh karena itu, Seniya, apabila kebiasaannya yang seperti sapi itu dilakukan
dengan sungguh-sungguh, hal ini akan membawanya ke dalam kumpulan para sapi;
apabila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, akan membawanya ke neraka.”
4.
Ketika hal ini telah dikatakan. Punna, petapa telanjang yang berkebiasaan
seperti sapi meratap dan menangis. Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Seniya,
petapa yang berkebiasaan seperti anjing: “Seniya, saya tidak dapat memaksamu
ketika saya mengatakan “Cukup, Seniya, demikianlah. Jangan bertanya hal itu
kepada saya. ”
“Bhante, saya tidak meratap bahwa
Sang Bhagava telah mengatakan demikian. Kebiasaan seperti sapi ini telah lama
saya lakukan dan praktekkan. Bhante, saya telah berkeyakinan terhadap Sang Bhagava
demikian: Sang Bhagava adalah dapat mengajarkan Dhamma kepadaku dengan cara
tertentu sehingga saya dapat meninggalkan kebiasaan seperti sapi ini dan Seniya
petapa telanjang yang berkelakuan
seperti anjing dapat meninggalkan kelakuannya seperti anjing itu.”
“Punna, selanjutnya dengarkanlah dan
perhatikanlah dengan sungguh-sungguh apa yang akan saya katakan.”
“Baiklah, Bhante,” jawabnya.
Sang Buddha menjelaskan
kepada dua orang pertapa telajang yang bernama Punna dan Seniya. Sang Buddha
menjelaskan dalam sutta ini tentang 4
jenis tindakan dan 4 jenis akibat yang dihasilkan yang dilakukan suatu makhluk.
Adapun 4 jenis perbuatan dan 4 jenis akibatnya sebagai berikut :
1.
Perbuatan hitam menuju hasil yang hitam
Perbuatan hitam
menuju hasil yang hitam yaitu ketika seseorang melakukan perbuatan dengan
pandangan salah maka hasil yang di dapatkannya adalah penderitaan. Seperti halnya
yang di lakukan petapaSeniya yang
melakukan pertapaan ajing. Semua
perbuatan yang dia lakukan seperti anjing. Ia terus menerus mengembangkan
pikiran-anjing secara penuh dan tidak terputus. Ketika tubuhnya hancur, setelah
kematian, dia akan telahir di kelompok anjing.
Jika ia memili
pandangan “dengan moralitas atau pengendaalian atau pertapaan atau hidup suci
ini, aku akan menjadi dewa (besar)
atau dewa (kecil), maka dia memiliki
pandangan salah. Hal ini dapat menyebabkan ia akan terlahir di alam neraka atau sebagai binatang (anjing).
Jika tugas yang dilakukan pertapaSeniya
berhasil, hal itu akan membawanya pada kelompok anjing dan jika gagal hal itu
akan membawanya ke alam neraka.
Pertapa
Punna yang melakukan pertapaan telanjang tugas-ternak
(sapi) juga akan mendapatkan hal yang sama seperti yang didapatkan oleh pertapa Seniya yang melakukan petapa
telanjang tugas-anjing. Jika ia
melakukannya terus menerus tanpa terputus sampai penuh. Setelah melakukan hal
itu, pada waktu tubuhnya hancur, setelah kematian, dia akan terlahir di
kelompok ternak (sapi). Tetapi jika memiliki pandangan seperti ini, “dengan
moralitas atau pengendalian atau petapaan
atau kehidupan suci ini, aku akan menjadi dewa
(besar) atau dewa (kecil).” Maka ada
dua tempat tujuan untuk orang yang memiliki pandangan salah yaitu neraka atau alam binatang (sapi). Jika
Punna pertapatugas-ternak (sapi)
berhasil maka dia akan terlahir di kelompok ternak (sapi). Tetapi jika gagal
dia akan terlahir di alam neraka.
Perbuatan yang
hitam akan membawa seseorang menerima hasil hitam juga. Ketika melakukan
perbuatan buruk, maka kita akan mendapatkan buahnya (karma buruk). Setiap
orang mewarisi perbuatannya sendiri dan menerima hasil perbuatannya sendiri.
2.
Perbuatan yang putih menuju yang putih
Seseorang yang
membangkitkan bentukan tubuh tidak yang menyebabkan penderitaan. Maksudnya
ketika seseorang mengendalikan perbuatan yang di lakukan oleh badan jasmani,
agar tidak melakukan perbuatan yang salah (melanggar sila), dan melakukan perbuatan badan jasmani dengan benar,
contohnya berdana menolong orang lain. Maka ia akan mendapatkan kebahagiaan (buah karma baik). Ketika tubuhnya hancur
maka dia akan terlahir di alam yang menyenangkan tidak di alam menderita (Apaya-Bhumi).
Seseorang yang
membangkitkan bentuk ucapan yang tidak menyebabkan penderitaan. Maksudnya
seseorang ketika menjaga ucapan serta mengucapkan apa yang benar, bermanfaat,
di kehendaki. Maka orang itu akan mendapatkan kebahagian contohnya di percayai
banyak orang. Setelah tubuhnya hancur dia akan terlahir di alam yang
menyenangkan dan tidak terlahir di alam menderita (Apaya-Bhumi). “Setelah dia
muncul kembali di dunia yang menyengkan, dan kekotoran-ketoran yang tidak
menyebabkan penderitaan pun menyentuhnya. Kerena di sentuh oleh
kekotoran-kekotoran yang tidak menyebkan penderitaan, dia merasa sangat
menyenangkan, sebagai mana halnya pada para dewa-dewa”.
Maksudnya kekotran-kekotoran yang tidak menimbulkan penderitaan, adalah
keinginan yang tidak merugikan diri sendiri maupun makhluk lain contoh
keinginan menikmati istana yang megah menikmati apa yang bisa iya ciptakan
sendiri dan menggunakannya contohnya para makhluk yang berdiam di Sugati Bhumi.
Makhluk akan
terlahir di alam Sugati di tentukan
olah perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika makhluk itu perbuatannya baik,
sehingga karma baiknya banyak maka
makhluk itu akan terlahir di alam yang menyenangkan. Karena makhluk adalah
pemilik dan pewaris karmanya sendiri.
3.
Perbuatan yang sekaligus hitam dan putih
menuju hasil yang sekaligus hitam dan putih.
Seseorang yang
membangkitkan atau melakukan perbuatan dengan tubuhnya yang menyebabkan
penderitaan dan tidak menyebabkan penderitaan,perbuatan yang dilakukan oleh
tubuh yang buruk dan yang baik akan menghasilakan karma buruk dan baik.
Contonya ketika seseorang memotong ayam dan memasaknya setelah itu ia
memberikan masakkan itu kepada pengemis maka ia akan mendapatkan akaram buruk dan baik. Karama buruknya adalah ketika ia
membunuh ayam itu dan karma baikanya
ketika ia memberikan masakan itu kepada pengemis.
Bentuk ucapan
yang sekaligus menyebabkan penderitaan dan tidak menyebabkan penderitaan.
Maksunya ketika perbuatan yang dilakukan itu buruk dan baik maka ia akan
mendapatkan karma buruk dan karma baik. Contohnya ketika seseorang
mengucapkan kata-kata kasar yang menyakiti tetapi kata-kata itu benar dan
bermanfaat, maka ia akan mendapatkan buah karma
buruk dan baik. Karma buruk didapat karena
ia telah mengucapkan kata-kata yang menyakiti seseorang, tetapi ia juga
mendapatkan buah karma baik kerena
telah mengatakan hal yang benar dan bermanfaat.
Begitu juga
dengan perbuatan yang ditimbulkan oleh indra yang lain ketika perbuatan itu
buruk dan baik maka akan berakibat buruk dan baik. Seperti kisah Angunimala
yang telah melakukan perbuatan buruk dan juga perbuatan baik. Ia juga
mendapatkan hasil dari perbuatan buruk dan baik. Ketika ia pergi berpindapata
ke tempat dimana ia dulu melakukan pembunuhan yang sadis ia dilempari batu oleh
penduduk sehingga kempalanya mengeluarkan darah. Tetapi ketika ia bertekat
untuk tidak melakukan perbuatan buruk lagi serta akan melakukan perbuatan baik.
Disaat itu juga iya menolong dengan tekatnya seorang ibu yang akan melahirkan
dengan tekat baiknya ia akhirnya mendapatkan kebahagian tertinggi yaitu nibbana
serta ketika ia masih hidup sebagai bhikkhu ia di hormati.
Demikian yang
telah dikatakan Sang buddha, kelahiran suatu makhluk ditetukan oleh perbuatan
makhluk itu. Hasil yang dididapakan oleh makhluk itu karma buruk dan baik di
tentuka perbuatan yang di lakukan buruk dan baik itu. Demikianlah yang telah
dikatakan oleh sang buddha setiap makhluk adalah pemilik dan pewaris karmanya
sendiri.
4.
Perbuatan yang bukan hitam maupun putih
menuju hasil yang bukan hitam maupun putih.
Disini, niat
untuk meninggalkan jenis tindakan yang gelap dengan hasil yang gelap, dan niat
untuk meninggalkan jenis tindakan yang terang dengan hasil yang terang, niat
untuk meninggalkan jenis yang gelap dan terang, dengan hasil yang gelap dan
terang, hal ini yang di namakan tindakan yang bukan gelap pun bukan terang
dengan hasil yang bukan gelap-pun-bukan terang.
Tingakan yang
buakan gelap pun bukan terang adalah tindakan yang dilakukan oleh Arahat. Seperti ketika seorang Arahat membaca buku, membersihkan Vihara. Dari tindakan yang dilakukan
oleh Arahat, tidak memberi efek atau buah
karma bagi dirinya di kehidupan
sekarang maupun yang akan datang. Dalam artian semua perbuatan yang di lakukan
oleh seorang Arahat tidak lagi
memiliki potensi karma apapun yang
dapat membangkitkan kehidupan baru atau menimbulkan akibat bahkan dalam
kehidupan yang sekarang, karena Arahat
sudah terbebas dari lingkaran kelahiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar