UPALI SUTTA
(56)
Pada suatu kesempatan Sang Buddha
tinggal di Nalanda di Hutan Mangga Pavarika.
2. Kemudian, pada kesempatan ini Nigantha
(Jain) Nataputta tinggal di Nalanda dengan suatu romobogan besar kaum Nigantha.
Lalu, setelah petapa Jangkung Nigantha (Digha Tapassi) mengadakan pindapata di
Nalanda dan kembali dari pindapata, dia pergi ke Hutan Mangga Pavarika untuk
menemui Sang Buddha, dan saling memberi salam dengan Sang Buddha, dan setelah
bicara dengan sopan dan ramah, dia berdiri di satu sisi. Setelah dia melakukan hal itu, Sang Buddha berkata
kepadanya : 'Ada tempat duduk, duduklah sesukamu petapa.'
3. Setelah ini dikatakan, petapa Jangkung
itu mengambil tempat duduk yang lebih rendah dan duduk disatu sisi. Setelah dia
melakukan demikian, Sang Buddha bertanya kepadanya : 'Petapa, berada banyak
jenis kamma Nigantha Nataputta gambarkan sebagai pelaksanaan kamma buruk, dan
untuk melakukan kamma buruk?
'Sobat
Gotama, Nigantha Nataputta tidak biasa mempergunakan uraian "kamma,
kamma"; Nigantha Nataputta biasa mempergunakan uraian "batang
tubuh,"
'Kemudian, petapa, berapa banyak jenis
batang tubuh Nigantha Ntaputta gambarkan sebagai pelaksanaan perbuatan buruk,
dan untuk menghilangkan perbuatan buruk? '
'Sobat Gotama, Nigantha Nataputta
menggambarkan tiga jenis batang tubuh untuk pelaksanaan kamma buruk, dan untuk
menghilangkan kamma buruk, yaitu : tubuh jasmani, tubuh ucapan, dan tubuh
mental."
'Bagaimana kemudian, petapa, adakah
tubuh jasmani lain, tubuh ucapan lain, dan tubuh mental lain ?'
Tubuh jasmani satu, sobat Gotama,
tubuh ucapan satu yang lain, dan tubuh mental satu yang lain.
'Dari ketiga jenis tubuh ini, petapa,
yang demikian dianalisis dan di bedakan, jenis tubuh mana yang Nigantha
Nataputta gambarkan sebagai tubuh yang paling tercela atas pelaksanaan kamma
buruk, tubuh jasmani, tubuh ucapan dan tubuh mental.
'Dari ketiga jenis tubuh ini, Sobat
Gotama, yang demikian dianalisis dan dibedakan, Nigantha Nataputta
menggambarkan tubuh jasmani sebagai yang
paling tercela untuk pelaksanaan kamma
buruk, dan tidak begitu bagi tubuh, ucapan atau tubuh mental.'
'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani,
petapa?'
'Aku katakan tubuh jasmani, Sobat
gotama.'
'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani,
petapa?'
'Aku katakan hukuman jasmani, Sobat
gotama.'
'Apakah Anda mengatakan tubuh jasmani,
petapa.'
'Aku katakan tubuh jasmani, sobat
Gotama.'
Jadi,
Sang Buddha membuat petapa Jangkung Nigantha, mempertahankan pertanyaannya
sampai tiga kali.
4. Setelah ini dikatakan, petapa Jangkung
itu bertanya kepada Sang Buddha : 'Sobat Gotama, berapa benyak jenis tubuh yang
Anda gambarkan untuk pelaksanaan kamma buruk?'
'Petapa, seorang Tathagata tidak biasa
menggambarkan ungkapan atau uraian 'tubuh, tubuh'; Seorang Tathagatha biasa
mempergunakan ungkapan atau uraian "kamma, Kamma'.'
'Tetapi, sobat Gotama, berapa banyak
jenis kamma yang Anda gambarkan untuk pelaksanaan kamma buruk?'
'Petapa, aku menguraikan tiga jenis
kamma untuk pelaksanaan kamma buruk, yaitu kamma jasmani, kamma ucapan dan
kamma pikiran.'
'Bagaimana kalau begitu, sobat Gotama,
kamma jasmani satu, kamma ucapan lain dan kamma pikiran lain ?'
'Kamma jasmani satu, petapa, kamma
ucapan lain, dan kamma pikiran lain.'
'Dari tiga jenis kamma ini, Sobat
Gotama yang dianalisis dan dibedakan demikian, jenis manakah yang Anda
gambarkan sebagai kamma yang paling tercela untuk pelaksanaan kamma buruk,
seperti kamma jasmani, ucapan atau pikiran?
'Dari ketiga jenis kamma ini, petapa,
yang diananlisis dan dibedakan demikian, Aku menggambarkan kamma pikiran
sebagai paling tercela untuk pelaksanaan kamma buruk, dan tidak demikian
besarnya kamma jasamani atau kamma ucapan.'
'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran,
sobat Gotama?'
'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran,
sobat Gotama?'
'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
'Apakah Anda mengatakan kamma pikiran,
sobat Gotama?'
'Aku katakan kamma pikiran, petapa.'
Jadi Nigantha, petapa Jangkung itu membuat Sang Buddha mempertahankan
pernyataannya sampai tiga kali, yang sesudahnya dia bangkit dari tempat duduknya
dan pergi menuju Nigantha Nataputta.
5. Kemudian pada kesempatan itu Nigantha
Nataputta duduk bersama dengan serombongan besar orang dari Balaka, yang di
antara mereka paling menonjol adalah Upali. Nigantha Nataputta melihat Nigantha
pertapa jangkung datang dan ketika melihat dia, beliau bertanya kepadanya :
'Sekarang darimana engkau datang pada hari besar, petapa?'
'Saya datang dari hadapan Bhikkhu
Gotama, yang mulia.'
'Apakah engkau melakukan percakapan
dengan Bhikkhu Gotama, petapa ?'
'Saya melakukan percakapan dengan
Bhikkhu Gotama, yang mulia.; ''Lalu, bagaimana percakapanmu dengan Bhikkhu
Gotama, petapa?' Kemudian, Nigantha petapa Jangkung menceritakan kepada
Nigantha Nataputta, semua percakapannya dengan Sang Bhagava.
6. Setelah semua itu dikatakan, Nigantha
Nataputta berkata kepadanya:'Baik, baik, (bagi) petapa : Sebagai seorang siswa
yang sangat terpelajar yang mengetahui Sistem Ajaran gurunya dengan benar,
maka hal itu telah dinyatakan oleh petapa Jangkung kepada Bhikkhu Gotama :
Bagaimana badan pikiran yang tidak penting masuk hitungan dibandingkan dengan
badan jasmani yang besar? Sebaliknya, badan jasmani paling pantas dicela
karena pelaksanaan kamma buruk dan tidak
demikian besarnya badan ucapan dan badan pikiran.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar